Empat Musim Pertiwi Karya Kamila Andini Raih Dua Penghargaan di Tokyo Gap-Financing Market 2025
Tim Teaterdotco - 15 jam yang lalu
Sineas Indonesia kembali menorehkan prestasi membanggakan di kancah internasional. Sutradara Kamila Andini sukses membawa proyek film terbarunya, Four Seasons in Java (Empat Musim Pertiwi), meraih dua penghargaan bergengsi pada ajang perdana Tokyo Gap-Financing Market Awards (TGFM) 2025. Kemenangan ini menjadi bukti semakin diakuinya kualitas perfilman Indonesia di mata dunia.
Dua Penghargaan Bergengsi untuk Kamila Andini
Film Four Seasons in Java menyabet dua penghargaan sekaligus, yaitu Tokyo Projects Award, penghargaan tertinggi di TGFM dengan hadiah uang tunai sebesar JPY 2 juta atau sekitar Rp 210 juta, serta Kongchak Award dari studio asal Kamboja, Kongchak Studio, yang memberikan layanan pascaproduksi suara senilai USD 25.000.
Kemenangan ini menjadi dorongan besar bagi film tersebut untuk melangkah lebih jauh di tingkat internasional. TGFM sendiri merupakan bagian dari TIFFCOM, pasar industri film dalam rangkaian Tokyo International Film Festival (TIFF), yang mempertemukan sineas dengan calon investor, distributor, serta mitra koproduksi global. Keberhasilan di ajang ini membuka peluang lebih luas bagi film Indonesia untuk menembus pasar dunia.
Kisah Pertiwi: Luka, Perubahan, dan Harapan
Film ini mengangkat kisah Pertiwi, seorang perempuan yang kembali ke kampung halamannya setelah sepuluh tahun mendekam di penjara karena membunuh pria yang berusaha memperkosanya. Kepulangannya bertepatan dengan datangnya listrik ke desanya, menandai pertemuan antara masa lalu yang kelam dan era modern yang membawa perubahan.
Melalui Four Seasons in Java, Kamila Andini menghadirkan kisah realisme magis yang memadukan unsur sosial dan spiritual. Ia menggambarkan benturan antara trauma pribadi dan kemajuan zaman sebagai cerminan kondisi masyarakat Indonesia yang tengah beradaptasi dengan perubahan sosial.
Gaya penyutradaraan Kamila yang puitis dan penuh simbolisme menjanjikan pengalaman sinematik yang mendalam. Film ini juga diharapkan mengikuti jejak sukses karya-karyanya sebelumnya seperti Yuni dan Before, Now & Then (Nana) yang mendapat sambutan hangat di berbagai festival film internasional.
Paolo Bertolin, salah satu juri TGFM sekaligus programmer festival film internasional, memuji kualitas proyek-proyek dari Asia Tenggara tahun ini. Ia menyebut film karya Kamila Andini sebagai bukti kematangan seorang sutradara perempuan yang berani membahas isu sensitif dengan pendekatan visual dan emosional yang kuat.
Selain film Four Seasons in Java, penghargaan TGFM 2025 juga diberikan kepada sejumlah proyek dari Asia lainnya. Don Josephus Raphael Eblahan asal Filipina memenangkan Asian Gen-Z Award lewat film fiksi ilmiah Hum, sementara Seta Natsuki dari Jepang meraih White Light Award untuk film Polaris. Deretan karya ini memperlihatkan bagaimana Asia menjadi pusat pertumbuhan sinema baru yang penuh energi dan inovasi.