Review 28 Years Later: Kembalinya Dunia Pasca-Apokaliptik yang Mencekam

Yurinda - Senin, 23 Juni 2025 09:38 WIB
Review 28 Years Later: Kembalinya Dunia Pasca-Apokaliptik yang Mencekam

Jagad film kian kompetitif, terbukti dengan semakin banyak film-film seru yang tayang di layar lebar. Salah satunya yaitu film 28 Years Later yang membawa genre thriller yang sarat akan rasa takut. Genre satu ini memang sedang populer beberapa waktu terakhir, dan film 28 Years Later berhasil merebut perhatian penonton sejak awal rilis beberapa hari lalu.

Film 28 Years Later (2025) merupakan kelanjutan dari saga horor post-apokaliptik yang dimulai dengan 28 Days Later dan dilanjutkan oleh 28 Weeks Later. Disutradarai oleh Danny Boyle dan ditulis kembali oleh Alex Garland, film ini membawa penonton kembali ke dunia yang mengalami kehancuran akibat wabah virus Rage yang nyata mengubah manusia menjadi makhluk yang agresif dan ganas.

Cerita berlatar 28 tahun setelah wabah kedua virus Rage. Sebuah komunitas kecil bertahan hidup di sebuah pulau terpencil bernama Lindisfarne, yang terhubung ke daratan utama melalui sebuah jalan penghubung yang sangat dijaga ketat. Di pulau ini, Jamie, seorang penyintas tangguh, hidup bersama istrinya yang sakit, Isla, dan putra mereka yang berusia 12 tahun, Spike.

Sebagai bagian dari tradisi pendewasaan, Jamie membawa Spike ke daratan utama untuk belajar bagaimana cara membunuh manusia yang terinfeksi sekaligus mencari sumber daya. Namun, perjalanan ini membuka mata Spike terhadap dunia yang lebih mengerikan dan penuh mutasi virus yang semakin berkembang, termasuk varian baru yang disebut “Alphas” yang lebih kuat dan cerdas.

Film ini menonjolkan sinematografi digital yang intens dan atmosfer yang terasa begitu mencekam. Danny Boyle menggunakan teknik pengambilan gambar yang dinamis dengan editing yang cepat dan pencahayaan kontras tinggi, menciptakan pengalaman visual yang menegangkan dan memacu adrenalin. Adegan dengan night vision berwarna merah menjadi salah satu momen paling menyeramkan dan ikonik dalam film.

Selain itu, film 28 Years Later juga mengangkat tema-tema yang emosional seperti kelangsungan hidup, kemarahan, ketakutan, dan cinta yang menyentuh, sehingga tidak hanya sekadar film horor biasa. Namun, beberapa bagian cerita dinilai kurang konsisten dan melemah di paruh kedua film, terutama subplot yang berfokus pada tokoh Isla dan dokter, yang membuat alur dalam film terasa kurang kuat dan agak membingungkan.

28 Years Later berhasil menghidupkan kembali dunia Rage Virus dengan pendekatan yang segar dan visual yang mengesankan. Meski cerita pada film ini tidak sepenuhnya sempurna dan masih ada beberapa keputusan karakter yang dipertanyakan, alurnya tetap memberi pengalaman horor yang intens dan emosional. 

Bagi penggemar genre zombie dan post-apokaliptik dengan sentuhan thriller yang kentara, film satu ini layak menjadi tontonan untuk menyelami kembali rasa takut yang belum usai, meski sudah hampir tiga dekade berlalu. Segera pesan tiketnya!