Review Agak Laen: Film Indonesia Terlucu Sejauh Ini

Baba Qina - Sabtu, 3 Februari 2024 08:22 WIB
Review Agak Laen: Film Indonesia Terlucu Sejauh Ini

Penulis amat menyukai film Ghost Writer yang menandai debut Bene Dion duduk di kursi sutradara pada tahun 2019 silam. Ghost Writer 2 pun semestinya jadi debut seorang Muhadkly Acho, sebelum perilisannya ditunda karena pandemi.

Pada tahun 2022, keduanya unjuk gigi lewat drama komedi bertema keluarga. Bene di Ngeri-Ngeri Sedap, Acho di Gara-Gara Warisan. Sama-sama memukau, seolah memperlihatkan hasil latihan dari pengalaman perdana mereka sebelumnya.

Kini, mereka berdua Kembali unjuk gigi di sebuah judul film yang sama, Agak Laen. Film Agak Laen bercerita tentang Bene (Bene Dion), Boris (Boris Bokir), Jegel (Indra Jegel), dan Oki (Oki Rengga) yang merupakan empat sekawan yang telah berteman sejak lama. Namun, kondisi ekonomi mereka masih terpuruk meski sudah lama merantau.

Keempat sahabat itu akhirnya melihat peluang baru saat pasar malam baru didirikan di dekat kediaman mereka. Bene, Boris, Jegel, dan Oki memutuskan membuat wahana rumah hantu di pasar malam tersebut. Mereka tidak hanya mengelola rumah hantu itu, tetapi juga menyiapkan konsep hingga menjadi hantu untuk menakut-nakuti pengunjung.

Namun, usaha mereka semula gagal karena tak ada pengunjung yang merasa ketakutan ketika masuk rumah hantu. Empat sekawan itu lantas memutar otak untuk menyelamatkan bisnis tersebut. Mereka akhirnya mendapat sebuah ide, yakni merenovasi rumah hantu agar menjadi lebih menyeramkan. Renovasi itu cukup berhasil karena nuansa mistis di sepanjang ruangan rumah hantu benar-benar terasa.

Suatu hari, seorang pengunjung bernama Gilang (Arief Didu) memasuki rumah hantu versi terbaru itu. Namun, Gilang masuk rumah hantu itu bukan karena ingin merasakan nuansa mistis. Ia saat itu tengah bermain ke pasar malam bersama selingkuhannya. Gilang pun terpaksa masuk wahana horor itu lantaran nyaris terpergok istri.

Masalah kemudian muncul ketika Gilang mulai menyusuri rumah hantu. Ia terus-menerus kaget, hingga akhirnya terkena serangan jantung dan meninggal di tempat. Kematian itu membuat panik Bene, Boris, Jegel, dan Oki. Mereka pun memutuskan mengubur jenazah Gilang di dalam rumah hantu, serta merahasiakan kematiannya.

Gilang yang sesungguhnya telah meninggal dinyatakan hilang secara misterius. Polisi akhirnya turun tangan menyelidiki kasus itu karena Gilang adalah seorang calon anggota legislatif. Penyelidikan polisi itu pun membuat Bene dkk semakin ketar-ketir. Terlebih, pihak penyidik mulai mencurigai keberadaan rumah hantu itu setelah mengetahui berbagai petunjuk.

Well, satu hal yang tanpa cela dari film ini tentu saja adalah humornya. Agak Laen merupakan film Indonesia terlucu di tahun 2024, setidaknya sampai tulisan ini dibuat. Kreatif, liar, tidak menahan diri, dan berhasil mengubah ragam situasi yang seharusnya mengerikan jadi memancing tawa. Keempat komika yang menjadi pemeran utama benar-benar bintang di film ini. Karena ketakutan mereka adalah kebahagiaan penonton.

Agak Laen juga dapat dikatakan memperluas skala dari film Muhadkly Acho sebelumnya, dan penceritaannya memang cukup ambisius dalam menyatukan genre. Di samping komedi beraroma horor, ada pula drama keluarga yang melibatkan ibu Oki, satir sosial dan politik, juga perihal kesukuan. Semuanya diramu menjadi satu secara halus.

Secara alamiah pun, setelah menghabiskan beberapa waktu mengikuti karakternya, kita mulai mengenal sekaligus terhanyut dalam problematika mereka. Salah satu poin terbaik terkait penokohan naskahnya adalah, tidak ada karakter yang benar-benar patut dicaci maupun sepenuhnya suci. Kadang timbul simpati, namun ada kalanya memancing rasa benci.

Dan pada akhirnya, Acho selaku sutradara lagi-lagi membuktikan potensinya. Di klimaks, tatkala semua (ya, semua) pemeran utama mencurahkan seluruh emosi mereka, Acho tahu mana saja gestur-gestur yang harus ditangkap kamera. Gestur-gestur yang mewakili luapan ekspresi kasih saying mereka layaknya anggota keluarga.  

Ya, filmnya memang merangkul ketidaksempurnaan. Bahwa orang tua pun bisa salah. Benar-benar salah, tanpa alasan, tanpa pembenaran. Bahwa "memohon pengampunan" bukan cuma ucapan yang patut dilontarkan anak. Ada kalanya mengakui kesalahan justru membuka lembaran baru yang penuh kehangatan.