Review Ali Topan: Porsi Dramanya Lebih Unggul Dibanding Action-nya

Baba Qina - Jumat, 16 Februari 2024 15:33 WIB
Review Ali Topan: Porsi Dramanya Lebih Unggul Dibanding Action-nya

Apakah sobat teater pernah mendengar karakter bernama Ali Topan? Ya, Ali Topan adalah karakter utama yang diambil dari sebuah novel berjudul Ali Topan si Anak Jalanan karya sastrawan Teguh Esha, dan pernah pula difilmkan pada tahun 1977 dengan judul yang sama. Dan sekarang, Ali Topan coba diregenerasi sesuai dengan zamannya. Dibintangi oleh Jefri Nichol dan Lutesha, Ali Topan versi modern ini disutradarai oleh Sidharta Tata.

Film Ali Topan bercerita tentang Ali Topan (Jefri Nichol), seorang pemuda berpenampilan berandal dengan motornya yang selalu melanglangbuana di jalanan. Meski begitu, Ali merupakan anak paling pintar di sekolah. Suatu hari, Ali bertemu dengan Anna Karenina (Lutesha), seorang perempuan manis yang terlalu dikekang oleh orang tuanya. Keduanya perlahan saling jatuh cinta dan memutuskan untuk berpacaran.

Sayangnya, hubungan mereka berdua terhalang oleh restu orangtua. Banyak masalah yang terjadi demi memenangkan restu dari orang tua mereka hingga Anna mengajak Ali untuk kabur dari rumah dan mendatangi kakaknya dengan tujuan untuk memenangkan hati keluarga Anna.

Well, seperti yang sudah disebutkan di atas tadi, bahwa film ini disutradarai oleh Sidharta Tata yang dikenal sebagai sutradara Pertaruhan The Series, Quarantine Tales, dan Waktu Maghrib. Nah, mengingat sepak terjang sang sutradara dan juga mengintip dari trailer film ini sebelumnya, maka ekspektasi kita pun melayang, membayangkan bahwa film ini akan dipenuhi oleh banyak adegan action.

Namun setelah penulis menontonnya, ternyata porsi actionnya memang ada, tapi tidak sebanyak yang penulis kira. Film Ali Topan lebih menjual street romance antara Ali Topan dengan Anna Karenina. Entah mengapa penulis merasa ceritanya didesain untuk menyambut hari Valentine. Maka dari itu lebih banyak porsi drama dibandingkan dengan aksinya.

Sektor dramanya pun tidak bisa dibilang jelek, hanya saja berbeda dari ekspektasi penulis ketika melihat filmografi dari Sidharta Tata yang sebelum-sebelumnya. Tata juga banyak menaruh banyak sub-plot di film ini, walaupun ujungnya semua bermuara kepada street romance antara Jefri Nichol dan Lutesha yang memang sudah diniatkan untuk menjadi focal point dari film ini.

Tapi sayangnya, sub-plot yang banyak tadi malah terkesan terlalu dipaksakan, apalagi di akhir cerita. Padahal building narasi di awalnya sudah sangat mulus, akan tetapi ujungnya terasa sekali dipaksakan, dan pada akhirnya filmnya pun seperti bingung untuk diakhiri.

Tapi secara keseluruhan, Ali Topan masih cukup oke untuk dinikmati dari awal hingga akhir, apalagi jika sobat nonton tahu tentang karakter legendaris Ali Topan yang sebelumnya. Apalagi, film Ali Topan versi modern ini juga dihiasi oleh soundtrack-soundtrack yahud, mulai dari band Morfem, Rumah Sakit, For Revenge, dan masih banyak lagi.