review Comic 8 Revolution Santet K4binet: Slapstick, Aksi, dan Satire Menyatu

Tim Teaterdotco - 2 jam yang lalu
review Comic 8 Revolution Santet K4binet: Slapstick, Aksi, dan Satire Menyatu

Menjelang akhir tahun 2025, layar lebar Indonesia kembali diramaikan oleh kebangkitan salah satu waralaba komedi paling populer di era 2010-an. Setelah hampir satu dekade vakum, Comic 8 hadir lagi lewat Comic 8 Revolution: Santet K4binet, sebuah film yang membawa nostalgia sekaligus menawarkan wajah baru. Kini kursi sutradara dipegang Fajar Bustomi, menggantikan Anggy Umbara, dengan misi jelas: menjaga ciri khas Comic 8 yang absurd, namun terasa lebih rapi dan relevan dengan penonton masa kini.

Premis Absurd: Santet yang Mengguncang Istana

Cerita berpusat pada sepasang dukun suami istri, Ki Bagus (Andre Taulany) dan Ni Gendis (Hesti Purwadinata), yang menyimpan dendam lama dan berniat menguasai negara. Bermodal tengkorak sakti, mereka mulai menyantet jajaran kabinet hingga membuat seorang wakil menteri tumbang. Target utama mereka bahkan bukan main-main: presiden.

Ancaman klenik ini membuat negara kelimpungan. Pakde Indro dan Oki dari Badan Intelejen Republik (BIR) ditugaskan menghentikan rencana tersebut dengan cara tak lazim, yakni merekrut delapan agen untuk menyusup sebagai asisten rumah tangga di kediaman sang dusutri. Dari titik inilah kekacauan, aksi, dan komedi slapstick khas Comic 8 bergulir tanpa rem.

Salah satu kekuatan utama Santet Kabinet terletak pada jajaran pemainnya. Komika senior seperti Indro Warkop, Mongol Stress, dan Cak Lontong tampil berdampingan dengan Andre Taulany dan Hesti Purwadinata yang menjadi poros cerita. Nama-nama lain seperti Kiky Saputri, Oki Rengga, Indy Barends, Adjis Doaibu, Dicky Difie, hingga Mister Aloy muncul dengan gaya masing-masing, sering kali lewat kemunculan tak terduga.

Yang membedakan film ini dari seri sebelumnya adalah keberanian melakukan regenerasi. Sebanyak 11 komika muda hasil audisi Comic 8 Revolution mendapat peran penting, bukan sekadar pelengkap. Kehadiran mereka memberi warna baru dan menjadi penanda bahwa Comic 8 sedang menyiapkan estafet untuk masa depan. Meski pengenalan karakter yang banyak sempat membuat ritme film sedikit melambat di tengah, semuanya kembali mengerucut di paruh akhir.

Perpaduan Aksi, Horor, dan Slapstick

Dari sisi genre, film ini bermain di lintasan yang jarang disentuh komedi Indonesia. Slapstick dipadukan dengan aksi ala wuxia, sentuhan horor klenik, hingga fantasi jurus-jurus sihir penuh warna. Visualnya cukup mencolok dengan permainan warna berani dan efek yang relatif rapi. Di tangan Fajar Bustomi, dunia Comic 8 terasa lebih “membumi”, meski tetap chaotic.

Humornya pun beragam: dari guyonan khas tongkrongan, satire politik, hingga jokes kekinian yang akrab bagi penonton muda. Tidak semuanya berhasil mendarat, namun justru kekacauan inilah yang menjadi identitas film ini. Rasanya seperti menonton panggung komedi besar di mana semua gaya dilepas bersamaan.

Andre Taulany dan Hesti Purwadinata tampil stabil sebagai antagonis utama, menjadi penyeimbang di tengah ramainya pemain. Cak Lontong sebagai presiden menghadirkan satir yang terasa dekat dengan realitas, sementara Indro Warkop konsisten menjaga ritme komedi. Dari sisi produksi, sinematografi terlihat meningkat dibanding seri lama, membuat pengalaman menonton terasa lebih nyaman.

Comic 8 Revolution: Santet K4binet bukan film komedi paling rapi atau paling inovatif tahun ini. Namun film ini jujur dengan tujuannya: menghibur. Jika datang tanpa ekspektasi berlebihan dan siap menerima kekacauan, penonton akan mendapatkan tawa ringan yang cukup memuaskan. Bagi penggemar lama Comic 8, film ini adalah nostalgia yang dibungkus energi baru. Sementara bagi penonton baru, ini bisa menjadi hiburan akhir tahun yang ramai dan santai.