Review Exhuma: Sebuah Film tentang Paranoia

Baba Qina - Rabu, 28 Februari 2024 22:12 WIB
Review Exhuma: Sebuah Film tentang Paranoia

Ketika Asia tidak lagi sehebat dulu dalam memproduksi film hantu-hantuan, maka sosok seperti Sadako dan Kayako yang seharusnya sudah “dipensiunkan” itu terpaksa dibangkitkan lagi untuk menakut-nakuti penonton. Tetapi setidaknya, untuk soal tontonan thriller yang berdarah-darah nan berantakan, kita tidak perlu khawatir, apalagi jika film-film itu datang dari negeri ginseng yang notabene telah melahirkan orang-orang gila macam Kim Jee-woon, Bong Joon-ho, Jang Cheol-soo, Park Chan-wook, Na Hong-jin, dan Jang Jae-hyun.

Daya imajinasi liar yang dihasilkan oleh nama-nama di atas tadi seakan tidak pernah mengenal kata istirahat. Ide-ide sakit jiwa selalu dipakai menjadi bahan bakar utama untuk menggerakkan kreativitas dalam mendobrak batas kenormalan. Tak terkecuali dengan Exhuma, sebuah kegilaan terbaru yang tercipta dari kepala Jang Jae-hyun ini seperti mempertegas jika Korea Selatan memang negeri yang subur akan ide sinting.

Kisah dalam film Exhuma bermula tatkala suatu keluarga kaya raya di Los Angeles sedang dilanda kejadian supranatural dan misterius. Di tengah kekacauan ini, mereka memutuskan untuk meminta bantuan dua dukun muda terkenal, Hwa Rim (Lee Do Hyun) dan Bong Gil (Kim Go Eun). Mereka berdua diberi tugas untuk menyelamatkan bayi yang baru lahir di keluarga tersebut.

Namun, apa yang terjadi selanjutnya adalah serangkaian kejadian yang tidak pernah mereka duga sebelumnya. Seiring dengan bertambahnya waktu, Hwa Rim mulai merasakan kehadiran bayangan gelap yang menyelimuti keluarga kaya tersebut. Dalam upaya untuk mengatasi kekuatan jahat ini, Hwa Rim lalu meminta bantuan dua orang ahli lainnya yakni Sang Duk (Choi Min Sik) yang merupakan seorang ahli feng shui yang diakui di Korea Selatan dan Yeong Geun (Yoo Hae Jin) yang merupakan seorang pengurus jenazah yang terampil.

Well, apabila sudah terbiasa dengan horor-thriller Korea Selatan, formula penceritaan di film Exhuma mungkin akan terasa sangat familiar. Bagaimana film-film horor-thriller Korea Selatan selalu menciptakan karakter utamanya yang bisa dikatakan ajaib, namun di situlah sumber keunikannya, karena kita selalu bisa terhubung dengan mereka.

Dalam genre ini, sineas asal negeri ginseng biasanya selalu menaruh orang-orang biasa yang (terpaksa) berhadapan dengan brutalnya hidup. Nah template inilah yang menjadikan karakter di film-film horor-thriller Korea Selatan terlihat lebih manusiawi dan tidak dibuat-buat. Perlakuan Jang Jae-hyun terhadap karakternya tak sekadar membuat mereka hanya menjadi bahan tontonan, tapi juga menciptakan koneksi dengan penontonnya.

Namun, ketika sobat teater merasa semakin mengerti ke mana film ini akan berjalan selanjutnya, di situlah kalian akan dibuat terkejut olehnya. Dengan mengandalkan tone yang banyak mengingatkan pada film The Wailing secara perlahan tapi meyakinkan ini berubah menjadi sajian misteri.

Banyak tikungan yang mengasyikkan di film ini. Kita semua dijamin akan dibuat semakin tenggelam di dalam kegelisahan yang bukan sekadar lewat pertanyaan apa, siapa, dan mengapa saja, tapi juga akan mulai bertanya di dalam hati “Is it real?”. Nah, itu yang sulit ditemukan dari film horor. Kita mungkin tahu taruhan utama cerita, tapi kita sebagai penonton terus merasa tidak yakin mana yang harus kita percayai.

Pada akhirnya, Exhuma secara terbuka ingin menunjukkan sosok iblis di dalam ceritanya dan membuat kita terus mempertanyakan semuanya. Kita tahu “mereka” ada di sana, tapi kita ragu untuk benar-benar percaya. Itulah sesungguhnya kenikmatan terbesar dari Exhuma. Ya, sebuah film tentang paranoia.