Review Film Challengers: Suguhkan Kisah Cinta Segitiga yang Tak Biasa

Baba Qina - Selasa, 30 April 2024 14:02 WIB
Review Film Challengers: Suguhkan Kisah Cinta Segitiga yang Tak Biasa

Sobat teater pernah nggak membayangkan ada sebuah film yang menggabungkan unsur komedi, drama, romansa, dan olahraga? Ya, kombinasi tersebut tersaji dalam film berjudul Challengers yang disutradarai oleh Luca Guadagnino, seorang sineas auteur yang bertanggung jawab atas kesuksesan film-film seperti Call Me by Your Name dan remake Suspiria.

Film ini mengikuti perjalanan Tashi Donaldson (Zendaya), Art Donaldson (Mike Faist), dan Patrick Zweig (Josh O’Connor), tiga atlet tenis yang terjalin dalam kisah cinta segitiga yang rumit. Mereka berbagi sejarah panjang, mulai dari masa remaja hingga puncak karier profesional mereka.

Tashi, yang telah menjadi atlet berprestasi, terpaksa mengakhiri kariernya setelah mengalami cedera serius. Namun, cinta dan ambisi masih menggelora di dalam dirinya. Dia lalu memutuskan untuk menikahi Art. Tetapi ketika Art menghadapi kekalahan beruntun, Tashi mengajaknya untuk menantang Patrick dalam kompetisi bertajuk Challenger, yang lantas memicu persaingan yang membara di antara mereka.

Menurut penulis, kesederhanaan gaya tutur ditambah kepekaan Luca selaku sutradara terhadap manusia rupanya menjadi kunci utama dari kuatnya realisme dalam film Challengers ini. Bagaimana tidak, karena filmnya sendiri seperti enggan meledak-ledak, bahkan di saat perjalanan hidup tokohnya cukup dramatis.

Daripada mengikuti pakem romansa segitiga pada umumnya, Luca coba memanfaatkan formula genrenya untuk membentuk proses observasi terhadap beragam kondisi manusia. Yang pada akhirnya, kisah Tashi bakal terasa relatable bagi kalian yang pernah dihadang oleh dilema serupa.

Selain itu, pengadeganannya juga terbilang sangat sederhana. Alih-alih diledakkan, emosi dari sobat teater dibiarkan merasuk dengan sendirinya ke tiap-tiap karakternya. Lalu seketika tanpa sadar sobat teater pun turut mengamini betapa nyata Challengers dalam memotret realita, yang berisi karakter-karakter yang tidak ada bedanya dengan manusia biasa seperti kita semua, yakni mengunjungi tempat-tempat yang wajar dikunjungi, hingga kemudian mengalami pula situasi yang pernah dialami manusia biasa pada umumnya.

Berbagai pencapaian di atas tadi kemudian mencapai klimaksnya yang dijamin bakal mengendap di hati sobat teater, jauh setelah kreditnya bergulir. Sekali lagi, seorang Luca Guadagnino jeli dalam hal menyalurkan emosi, kali ini lewat keheningan yang membuat dunia seolah membeku beberapa saat.

Overall, Challengers bisa dibilang merupakan sajian kisah yang mengeksplorasi tema "takdir" dengan gaya estetik, elegan, dan bersahaja. Melalui kemasan estetikanya tersebut, siapapun mungkin tidak mengharapkan klimaks yang memuaskan. Karena sesungguhnya, wacana tentang hidup dan cinta nantinya kembali akan berpulang kepada tiap-tiap penontonnya masing-masing.