Review Film Elemental Forces of Nature: Lucu, Emosional dan Romantis!!

Baba Qina - Senin, 26 Juni 2023 22:07 WIB
Review Film Elemental Forces of Nature: Lucu, Emosional dan Romantis!!

Produksi terbaru Disney-Pixar berjudul Elemental Forces of Nature telah tayang di bioskop seluruh Indonesia. Berkisah tentang sebuah kota di mana kaum api, air, tanah, dan udara hidup berdampingan, seorang pemudi dari kaum api dan seorang pemuda dari kaum air akan menemukan satu hal mendasar: betapa banyak kesamaan di antara mereka berdua.

Film ini sejatinya menampilkan kisah kehidupan para imigran di kota besar yang penuh suka duka menghadapi perbedaan ras, spesies & kelas sosial. Sepasang suami istri dari spesies api, Bernie (Ronnie Del Carmen) dan Cinder (Shila Ommi), pindah ke kota besar untuk membuka sebuah toko kelontong.

Sayangnya, ketika hendak diwariskan ke sang putri, Ember (Leah Lewis), toko itu tiba-tiba terancam ditutup karena berbagai pelanggaran. Ember pun nekat menggagalkan penutupan toko  milik keluarganya, dengan dibantu oleh Wade (Mamoudou Athie), si inspektor berspesies air. Berhasilkah mereka menuntaskan misi tersebut?

Seperti yang telah sedikit disinggung di atas, film ini memang mengambil premis tentang perbedaan spesies dan kelas sosial. Terdengar ribet? Kesannya memang demikian saat dijabarkan di atas kertas, khususnya bagi penonton cilik. Tapi, lantaran sutradara Peter Sohn terbilang cukup piawai dalam menerjemahkan konsep menariknya ini ke dalam bahasa gambar.

Jadi, alih-alih bikin pusing atau bingung, Elemental Forces of Nature justru mampu mempermainkan emosi penontonnya dengan cerdas. Perpaduan antara emosi penuh kesenangan dengan kesedihan yang tersaji di dalamnya terbilang terjalin dengan apik.

Sobat teater akan dibawa menyelami bagian-bagian vital seperti romansa manis yang terhalang oleh perbedaan, serta plot soal hubungan ayah-anak yang amat menyentuh. Konflik yang bagi beberapa orang tampak sepele ini lantas meletupkan sejumlah konflik lain yang menyeret Ember dan Wade untuk terlibat dalam petualangan seru dan harus banyak menghabiskan waktu bersama.

Dan di tiga puluh menit terakhir, sang sutradara semakin 'kejam' dalam membuat perasaan sobat teater campur aduk, dan menyentuh sisi personal dari para penonton dewasa dengan sekali ini ditujukan untuk mereka yang pernah menghadapi sebuah perbedaan dalam suatu hubungan asmara, namun tetap harus berjuang bersama.

Babak akhir film ini menekankan bahwa film animasi tidak melulu diproduksi sebagai konsumsi anak-anak, karena sekalipun grafisnya terbilang berwarna-warni, Elemental Forces of Nature memiliki gaya penceritaan yang bukan juga sepenuhnya mudah dikunyah dan kandungan permainan emosinya pun pekat, tidak semata-mata soal bersenang-senang belaka.

Tak hanya menghadirkan air mata, tawa lepas pun turut berhasil dimunculkan film ini. Gaya melucu film ini nyatanya secerdas caranya dalam mengeksplorasi tema. Kelucuan tidaklah bersumber dari aksi konyol, melainkan berkat interaksi antar karakter yang unik dan kuat.

Kembali memanfaatkan animasi sebagai genre tanpa batas, para karakter dalam Elemental Forces of Nature juga tidak hanya punya ciri kuat, tetapi juga bisa dibuat memunculkan perilaku absurd guna memancing tawa penonton.

Alhasil, menurut penulis, semua itulah yang membuat Elemental Forces of Nature layak disebut sebagai film produksi Pixar yang paling emosional dan romantis sejauh ini.