Review Film Ketika Berhenti Di Sini: Tertolong Akting Ciamik Para Pemainnya

Baba Qina - Jumat, 28 Juli 2023 19:21 WIB
Review Film Ketika Berhenti Di Sini: Tertolong Akting Ciamik Para Pemainnya

Dua tahun lalu, seorang aktor muda berusia 21 tahun yang bernama Umay Shahab, melakukan debut pengarahan film cerita panjangnya secara gemilang lewat Kukira Kau Rumah, sebuah drama romansa yang naskah ceritanya ia tulis bersama dengan Monty Tiwa, berdasarkan lirik dari lagu berjudul sama yang dibawakan oleh kelompok musik Amigdala. Film tersebut berhasil meraih pujian sekaligus mencatatkan angka box office yang tidak main-main kala itu.

Kini, Umay kembali di film panjang keduanya yang berjudul Ketika Berhenti di Sini. Ketika Berhenti di Sini berkisah tentang Anindita Semesta (Prilly Latuconsina) yang bertemu dengan Ed (Bryan Domani). Pertemuan mereka terjadi tanpa sengaja karena sebuah kesalahpahaman.

Seiring berjalannya waktu, mereka justru menjadi semakin dekat. Ed adalah sosok penyuka teka-teki dan meminta Dita untuk menyelesaikan teka-teki darinya. Keduanya memiliki kesamaan dan juga perbedaan yang membuat Ed dan Dita menjadi dekat hingga berakhir jatuh cinta.

Empat tahun setelah pertemuan mereka pertama kali, Dita tengah berjuang meraih cita-citanya, sedangkan Ed telah menjadi seorang arsitek yang memiliki sebuah perusahaan. Melihat kesuksesan Ed, Dita menjadi rendah diri dan tidak percaya diri hingga tanpa sadar ia terus menuntut Ed akan banyak hal. Ed tetap sabar menghadapi Dita. Hingga pada suatu hari, Ed kecelakaan dan Dita berlarut dalam perasaan bersalah yang mendalam.

Sukar untuk benar-benar memahami apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh film ini. Jalur utama penuturannya memang diisi dengan kisah perjalanan romansa remaja yang terjalin antara kedua karakter utamanya, Dita dan Ed. Namun, di sejumlah bagian cerita lainnya, naskah ceritanya mencoba untuk menyentuh banyak tema pengisahan melalui konflik-konflik yang dimunculkan, seperti soal Artificial Intelligence, hingga hal-hal klise yang biasa ditemukan dalam film-film sejenis seperti karakter-karakter yang sedang berusaha untuk menemukan jati diri sekaligus membuktikan kemampuannya. Semuanya terasa saling tumpang tindih dan, sialnya, tak satupun dari barisan cerita tersebut mampu bertutur secara efektif karena garapan yang begitu dangkal.

Dengan kualitas cerita yang medioker dan cenderung membuat meringis di banyak kesempatan, tidak banyak hal yang dapat dilakukan oleh Umay Shahab selaku sutradara. Meskipun tidak pernah terasa meyakinkan, Ketika Berhenti di Sini lumayan dapat dinikmati ketika film ini berfokus pada elemen penceritaan romansanya. Penampilan Prilly dan Bryan, ketika  mereka tidak menterjemahkan momen-momen emosional karakternya secara berlebihan, serta lagu-lagu yang dipilihkan oleh Umay untuk mengiringi kisah cinta antara dua karakter tadi untungnya masih mampu melahirkan sejumlah momen manis yang menyenangkan.

Selebihnya, Umay secara terburu-buru mengeksekusi tiap permasalahan yang dihadapi oleh karakter-karakter dalam filmnya hanya untuk menciptakan beberapa momen emosional dangkal yang diharapkan dapat menyentuh tiap penontonnya atau setidaknya menginspirasi untuk menuliskan kutipan-kutipan dialog film ini di akun media sosial kita semua. Akhir cerita yang dipilihkan juga begitu preachy.

Selain penampilan Prilly dan Bryan, Umay Shahab lumayan beruntung filmnya mendapat sokongan yang tidak mengecewakan dari penampilan para pengisi departemen akting. Meskipun karakter-karakter yang mereka perankan terkesan hanya hadir untuk memantik lebih banyak problema pada alur pengisahan kedua karakter utama, namun Lutesha, Sal Priadi, hingga Cut Mini tetap selalu mampu untuk tampil apik di layar. Sayang, penampilan-penampilan tersebut tidak mampu menyelamatkan kualitas keseluruhan dari presentasi cerita film ini yang, bahkan dengan durasi pengisahannya merentang kurang dari dua jam, namun terasa berjalan begitu lama dan menjemukan.