Review Film Maidaan: Bukan Film Biopik Olahraga Biasa

Baba Qina - Senin, 15 April 2024 11:28 WIB
Review Film Maidaan: Bukan Film Biopik Olahraga Biasa
(foto/image: imdb)

Sports biopic mungkin merupakan hal yang biasa. Tapi di tangan sineas Bollywood bernama Amit Sharma, seseorang yang bertanggungjawab penuh atas kesuksesan film Badhaai Ho enam tahun silam, maka kalimat paling pertama mungkin akan berubah. Ya, Amit coba mengangkat status sebuah sports movie dengan cara menambahkan unsur historical sets di dalamnya.

Diangkat dari kisah nyata, film Maidaan berkisah tentang tokoh bernama Syed Abdul Rahim (Ajay Devgn), seorang pelatih sepak bola yang membawa kebanggaan bagi negara India. Kala itu, Syed Abdul Rahim berhasil menciptakan sejarah dan rekor bagi tim nasional sepakbola India, sebuah pencapaian yang tak tertandingi bahkan dalam jangka waktu 60 tahun kemudian.

Well, dalam setiap sisinya, Maidaan memang sangat diwarnai dengan ambisi Amit Sharma yang selalu memoles film-filmnya dengan kesempurnaan penggarapan. Di sini, Amit tetap menciptakan layer dengan chemistry dan interaksi erat antar karakternya dengan tujuan untuk memperkuat tiap sudut penceritaannya.

Karakter Syed Abdul Rahim coba disetir sebagai protagonis yang menjaga ranahnya tak jatuh ke “restrained emotions”, satu yang tetap terjaga dalam sinema kontemporer Bollywood, yang pada akhirnya dapat membentuk blend yang begitu padu dengan keseluruhan ensemble-nya.

Sedikit pembelokan fiktif memang diperlukan demi tuntutan emosi dalam dramatisasi kisahnya. Membuat kita, para penontonnya, makin terpicu menuju finale part yang membenturkan semua moral dan elemen ceritanya seperti tengah menonton sebuah pertandingan olahraga yang luar biasa seru.

Di sini pula, skrip yang ditulis oleh Ritesh Shah dan Saiwyn Quadras ini mampu membangun storytelling-nya dengan sportsmanship penuh respek terhadap kisah aslinya. Tahu bahwa mereka mengedepankan cabang olahraga yang masih jarang diangkat oleh sinema Bollywood, mereka berdua lalu menyemat satu informasi yang paling dibutuhkan penontonnya dalam sports genre, yakni rules of the game, yang sering dilupakan oleh sineas lain dalam genre sejenis.

Bersama kekuatan itu, sisi teknis Maidaan juga ditopang oleh sematan lagu-lagunya yang tak lantas mengganggu pace storytelling-nya. Sementara scoring-nya di tiap bagian tetap memberikan anthemic ambience tanpa terjebak menjadi stirring ke bangunan emosinya. Unsur-unsur tersebut memberikan fondasi sedemikian kuat hingga tahapan-tahapan pengadeganan turnamen yang dihadirkan oleh Amit Sharma tak lagi perlu dibombardir dengan slow-mo atau orkestrasi yang berlebihan.

Dan pada akhirnya, yang paling dahsyat dari film ini tentulah unsur subteks-nya. Dan inilah salah satu kekuatan sinema India, yang selalu menghadirkan sematan moral sejenis ke dalam film-film mereka. Bahwa mereka tak perlu melepas hal-hal formulaic yang mendefinisikan sinemanya sejak dulu agar tetap bisa dipandang sebagai sesuatu yang lebih. Dan Maidaan punya banyak sekali subteks lebih dari sekadar sports biopic biasa.