Review Film The Fall Guy: Film Action Stylish yang Menghibur

Baba Qina - Kamis, 25 April 2024 21:48 WIB
Review Film The Fall Guy: Film Action Stylish yang Menghibur

Film aksi stylish ditambah estetika warna-warni. Sampai sekarang, kombinasi tersebut masih cukup diminati, walau dibanding pertengahan hingga akhir 2010-an, excitement-nya mulai menurun lantaran pemakaian yang begitu sering, entah bernuansa machismo atau feminis. Fenomena tersebut tidak lain tidak bukan dipicu oleh kesuksesan John Wick yang dirilis pada tahun 2014 silam.

Sepuluh tahun berselang, David Leitch, yang merupakan satu dari dua sutradara John Wick, tetap konsisten memproduksi film dengan ciri khas di atas tadi. Tapi tenang, Leitch kembali lagi tak cuma untuk mengulangi, melainkan memodifikasi. Film barunya tersebut lantas diberi judul The Fall Guy.

The Fall Guy berkisah tentang Colt Seavers (Ryan Gosling), seorang stuntman yang hiatus setelah terlibat kecelakaan di sebuah set film yang dipanggil kembali untuk menunaikan tugasnya. Produser Gail Meyer (Hannah Waddingham) meminta Colt kembali menjadi stuntman untuk aktor Tom Ryder (Aaron Taylor-Johnson) di film terbarunya yang berjudul Metalstorm.

Untuk membuat Colt semakin tertarik dengan pekerjaan ini, film tersebut lalu digarap oleh Jody Moreno (Emily Blunt), sinematografer dan mantan kekasih Colt yang kini debut sebagai seorang sutradara. Meskipun Colt antusias untuk membantu Jody merampungkan filmnya, Jody sendiri merasa kesal karena pernah di-ghosting Colt sejak kecelakaannya di masa lalu.

Di balik keterlibatan Colt di set film Jody, ternyata ia diberikan sebuah misi rahasia oleh Gail yang berhubungan dengan Tom dan juga nasib film Metalstorm. Misi rahasia apakah itu?

Well, butuh waktu hingga The Fall Guy menemukan pijakannya. Seiring waktu, film ini mulai membentuk identitasnya sendiri. Bukan "just another stylish movie", bukan pula replika kelas dua dari karya Quentin Tarantino ataupun Guy Ritchie. The Fall Guy adalah...The Fall Guy. Sebuah spektakel yang semakin tampil berlebihan, semakin menghibur.

Film ini seakan juga menjadi semacam surat cinta dari David Leitch untuk para stuntman atau pemeran pengganti di luar sana. Aksi stunts-nya di sini benar-benar ditampilkan secara tidak tanggung- tanggung, serasa seperti sedang menonton sebuah stunt show di wahana Universal Studios.

Treatment dalam film ini tentunya masih sama dengan film-film David Leitch sebelumnya, yakni fighting scene-nya yang membuat melek dan sesekali membuat tertawa. Sebuah kombinasi yang asik tentunya. Hal tersebut ditunjang oleh ensemble cast-nya yang tak perlu diragukan lagi. Ryan Gosling di film ini somehow memang masih terasa karakternya di film Barbie yang nyeleneh namun masih pas dengan karakter di film ini. Ditambah lagi chemistry-nya dengan Emily Blunt yang menggemaskan.

Sebagai sosok yang melakukan debut penyutradaraan melalui John Wick sekaligus veteran di bidang stunt, kapasitas David Leitch dalam mengarahkan aksi tak perlu diragukan lagi. Dan itu dibuktikannya di babak ketiga yang mutlak menjadi keunggulan utama The Fall Guy.

Di banyak film aksi Hollywood, seluas apapun latar tempat yang dipakai, kerap muncul batasan-batasan yang dibuat sendiri akibat minimnya keterampilan sineas. Penyuntingan cepat yang manipulatif sering jadi jalan mengakali lemahnya penyutradaraan, namun Leitch justru sebaliknya. Latar boleh sempit, tapi kemampuannya amatlah luas. Setiap baku hantam di The Fall Guy sungguh terlihat jelas. Koreografi yang disusun sedemikian rupa pun menjadi tak sia-sia.

Akhir kata, The Fall Guy secara keseluruhan jelas merupakan film aksi bertegangan tinggi yang seru, pun memikat dalam hal komedinya. Memikat pula secara teknis, walaupun tidak serta memikat secara emosional dan logika.