Review Film The Little Mermaid: Penuh Kebahagiaan dan Hal Magis

Baba Qina - Kamis, 25 Mei 2023 16:47 WIB
Review Film The Little Mermaid: Penuh Kebahagiaan dan Hal Magis

Sobat teater pasti pernah mendengar kisah tentang The Little Mermaid. Ya, The Little Mermaid merupakan kisah dongeng klasik karya Hans Christian Andersen yang pernah dijadikan animasi oleh Disney pada tahun 1989 silam. Nah, di tahun 2023 ini, Disney kembali mengangkat kisah populer tersebut ke layar lebar. Namun bedanya, kali ini Disney akan menggunakan pendekatan live-action dengan sutradara yang biasa mengarahkan film-film bergenre musikal, Rob Marshall.

Film ini pun sempat menuai banyak pro kontra sejak trailer pertamanya tayang. Penggemar animasi Disney merasa bahwa sosok Halle Bailey tidak cocok berperan sebagai Ariel, karena sosok Ariel telah digambarkan sejak lama sebagai putri duyung berkulit putih dengan rambut berwarna merah. Hashtag #NotMyAriel juga muncul di berbagai platform media sosial untuk menyuarakan pendapat penggemar animasi Disney, bahwa Halle Bailey sangat tidak sesuai dengan karakter Ariel.

Tak berbeda jauh dengan versi animasinya, The Little Mermaid versi live-action ini mengisahkan tentang seorang putri duyung bernama Ariel (Halle Bailey). Sebagai sesosok mermaid, Ariel sangat penasaran dengan dunia manusia. Ia bahkan rajin mengumpulkan banyak barang-barang dari dunia manusia yang tenggelam di lautan. Akan tetapi, ayah Ariel yakni King Triton (Javie Bardem) tak menyukai apa yang dilakukan oleh sang putri.

Hingga suatu ketika, Ariel menyaksikan secara langsung sebuah kapal yang tenggelam akibat badai hebat. Saat itulah, Ariel menyelamatkan Pangeran Eric (Jonah Hauer King) yang nyaris tenggelam. Ariel yang jatuh cinta pada sang pangeran kemudian membuat perjanjian terlarang dengan Penyihir Laut bernama Ursula (Melissa McCarthy).

Ariel harus mengorbankan suara indahnya jika ingin mendapatkan sepasang kaki yang ia idam-idamkan. Namun, Ursula memberi syarat bahwa dalam 3 hari, Ariel harus bisa mendapatkan ciuman cinta sejati dari Pangeran Eric. Lantas, sanggupkah Ariel memenuhi syarat dari Ursula tersebut?

“What a lovely movie!” adalah komentar pertama yang meluncur dari mulut penulis selepas menyaksikan film ini di bioskop. Para penggemar Disney dijamin akan menghirup aroma nostalgia, sementara mereka yang sama sekali asing dengan karakter rekaan Hans Christian Andersen ini tidak akan tersesat saat mencoba menontonnya.

Lalu, apa yang harus dikeluhkan dari The Little Mermaid versi terbaru ini? Well, sepertiga awal film memang terasa cukup draggy, sehingga menjadi terasa membosankan. Lalu, terdapat sedikit masalah dalam hal storytelling sehingga terkesan seperti sebuah sajian beberapa pertunjukan musikal yang dikaitkan menjadi satu, belum lagi guntingan editing yang kurang rapih dalam menjahit sekuen musikalnya.

Namun sisanya, The Little Mermaid merupakan sajian yang akan kembali mengingatkan sobat teater dengan pesan lawas tapi tetap relevan sampai kapanpun: jangan pernah lelah untuk bermimpi. Karena dengan bermimpi inilah yang akan menjaga kita semua untuk tetap berpikir dan bersikap positif di tengah situasi dunia yang kian tak bersahabat.

The Little Mermaid jelas adalah a feel-good movie yang kita semua butuhkan di saat tuntutan hidup semakin ruwet, manusia-manusia makin sering bersikap sinis antara satu dengan lain, dan dunia maya disesaki dengan komentar-komentar buruk yang tak pernah bisa kita pahami maksud dan tujuannya. Life sucks, I guess? Tapi The Little Mermaid memberikan alternatif tontonan eskapis yang dewasa ini didominasi oleh superhero movies yang terkadang masih pula menyisipkan komentar sosial politik dan tentunya, adegan kekerasan yang merupakan jualan utamanya.

Apa yang disodorkan oleh film ini tak mengandung hal-hal di atas, karena mantra yang disebarkan kepada penonton hanya tiga: kebahagiaan, kebahagiaan, dan kebahagiaan. Penonton yang kelewat sinis mungkin akan berkomentar “apaan sih!” atau malah menganggapnya membosankan.

Namun jika sobat teater tidak keberatan untuk menyaksikan dongeng fantasi yang bermain-main dengan imajinasi di mana tokoh-tokoh hewan bisa berinteraksi dengan para karakter manusia, dan permasalahan hidup dapat diselesaikan dengan mudah melalui nyanyi-nyanyian, tari-tarian, serta pikiran positif, maka The Little Mermaid jelas merupakan sebuah film untuk kalian.

Jadi, lupakan segala kontroversi yang menyelimuti proses pembuatan film ini. Dan nikmati film ini layaknya seorang penonton dewasa yang menemukan kembali jiwa kanak-kanaknya yang mungkin telah raib. Maka, kita akan mendapatkan satu kata yang bisa dipergunakan untuk mendeskripsikan secara singkat seperti apa The Little Mermaid ini: MAGIS.