Review Gampang Cuan: Segar, Menghibur, dan Tak Murahan

Baba Qina - Sabtu, 18 November 2023 13:57 WIB
Review Gampang Cuan: Segar, Menghibur, dan Tak Murahan

Selama beberapa bulan ke belakang, sobat teater pastinya setuju bahwa industri perfilman Indonesia didominasi oleh film horor. Di tengah invasi film horor Indonesia tadi, Temata Studios coba merilis film komedi drama terbaru berjudul Gampang Cuan. Digarap oleh Rahabi Mandra, sosok yang juga menyutradarai 2014: Siapa di Atas Presiden? (2015), Kadet 1947, dan Detektif Jaga Jarak.

Kisah Gampang Cuan dimulai dengan Sultan (Vino G. Bastian), seorang pria yang merupakan anak sulung dalam keluarganya. Ia memutuskan untuk merantau ke Jakarta dari Sukabumi. Sultan selalu mengklaim bahwa dia telah sukses dalam perantauannya. Namun, segalanya berubah ketika adik perempuannya, Bilqis (Anya Geraldine), datang ke Jakarta. Bilqis segera menyadari bahwa kenyataannya tidak secerah yang diucapkan oleh Sultan.

Selama kunjungannya ke Jakarta, Bilqis juga mendapatkan berita mengejutkan. Ternyata, mendiang ayah mereka meninggalkan utang sebesar Rp300 juta yang harus segera dibayar dalam waktu singkat. Ketika berada dalam situasi yang penuh kebingungan, Sultan dan Bilqis juga harus mengatasi beban lainnya, yaitu biaya kuliah adik bungsunya, Aji (Alzi Markers).

Sultan dan Bilqis pun harus mencari cara untuk menghasilkan uang dan juga memenuhi tanggung jawab mereka kepada keluarga.

Menarik melihat karya Rahabi Mandra yang sebelumnya sukses mendapatkan Piala Citra 2017 lewat film Night Bus sebagai Penulis Skenario Terbaik, dan menyutradarai Kadet 1947 di tahun 2021 bersama Aldo Swastia ini. Kini, ia menghadirkan film yang isunya amat relate dengan kehidupan masyarakat luas, dengan tone komedi yang akan membuat kita tertawa melihat ulah para karakternya di film ini. Kita akan melihat film yang dikemas ala sitcom, yang dengan durasi scene singkat mampu menghantarkan dialog yang lucu dan menghibur. Jokesnya sangat menghibur tapi tidak sampai over jokes, namun tetap dengan pembawaan yang serius.

Penulis juga harus meng-highlight chemistry karakter Vino dan Anya yang terasa sangat asik. Lihatlah berpuluh-puluh adegan caci maki yang melibatkan mereka berdua, dijamin membuat mereka terasa believable sebagai kakak-adik yang memang sedang berkelahi.

Cara film ini dalam bercerita juga terbilang cukup rapih dan nyaman untuk diikuti. Dari pengenalan berbagai macam karakter yang mulus di paruh awal, lalu berpetualang dengan konflik “mencari cuan” yang cukup seru, dan paruh akhir yang ternyata cukup mengharukan. Ditambah, penulis juga suka bagaimana cara film ini dalam urusan menyelipkan pengetahuan soal berbagai macam instrumen keuangan; cara kerja, plus minusnya seperti apa, dan resiko di belakangnya.

Bicara soal kekurangan, tak ada satu film pun yang sempurna, pun dengan film ini. Selain dialog sunda-nya yang memang masih terasa sedikit dipaksakan, komedinya yang hit and miss, lalu ada juga sebagian adegan yang terasa to-good-to-be true dengan logika penceritaan yang kelewat ajaib. Tapi hal-hal tersebut masih bisa terabaikan dan filmnya masih tetap bisa dinikmati.

Pada akhirnya, bagi sobat teater yang mencari tontonan segar, menghibur, dan tidak murahan, film ini bisa menjadi pilihan utama dalam menonton. Semua elemennya dipadukan dengan baik, mulai dari narasinya, jokes-nya, skoringnya yang sangat mendukung, terlebih lagi sentuhan dramanya yang sangat jarang ditemukan dalam genre seperti ini.