Review Gaza: Film tentang Kemanusiaan yang Menyentuh Hati

Yurinda - Selasa, 17 Juni 2025 08:21 WIB
Review Gaza: Film tentang Kemanusiaan yang Menyentuh Hati

Film Hayya 3: Gaza merupakan bagian ketiga dari trilogi film Hayya, lanjutan dari Hayya: The Power of Love 2 dan Hayya 2: Hope, Dream & Reality. Disutradarai oleh Jastis Arimba, bersama Warna Picture, film ini tak sekadar sekuel, tapi karya sinema yang memperkuat pesan solidaritas, kepedulian sosial, dan kemanusiaan terhadap krisis di Palestina.

Meskipun merupakan bagian dari trilogi film Hayya, tapi cerita ketiga ini memiliki cerita sendiri. Jadi, penonton tidak perlu menyaksikan Hayya 1 dan Hayya 2 untuk mengetahui cerita lengkap dari Hayya 3. Film ini tayang di bioskop Indonesia mulai 12 Juni, bertepatan dengan meningkatnya keprihatinan dunia terhadap kondisi kemanusiaan di Gaza.

Tokoh sentral dalam film ini adalah Gaza, bocah laki-laki berusia 8 tahun, yang tiba-tiba menjadi yatim piatu setelah ayahnya, seorang relawan kemanusiaan, gugur dalam misi di Palestina. Gaza kemudian diasuh di sebuah panti asuhan di Indonesia oleh Ustazah Dewi (diperankan oleh Oki Setiana Dewi), sosok lembut tapi tegas yang membimbing anak-anak dengan nilai spiritual dan kasih sayang.

Di tempat itu, Gaza berkenalan dengan Hayya (diperankan oleh Amna Shahab), gadis kecil asal Palestina yang sudah lama tinggal di Indonesia. Pertemuan mereka bukan hanya menghubungkan dua jiwa polos yang terluka, tetapi juga menyatukan dua cerita: satu yang kehilangan masa lalu, dan satu lagi yang terus berharap pulang ke tanah kelahirannya.

Nama “Gaza” sendiri bagi Hayya adalah luka yang belum sembuh. Setiap menyebutnya, Hayya seperti mendengar kembali dentuman bom, sirine ambulans, dan tangis ibunya yang hilang di antara puing-puing. Persahabatan keduanya membentuk narasi emosional yang kuat, menyayat hati, namun sekaligus menyentuh dan menginspirasi.

Namun konflik muncul saat Gaza dan Hayya menghadapi ancaman yang bisa memisahkan mereka untuk selamanya. Kejadian tragis memaksa mereka mempertanyakan arti keluarga, rumah, dan harapan.

Selain Amna Shahab dan Azamy Syauqi yang memerankan Gaza, film ini diperkuat oleh akting dari Cut Syifa sebagai Shafira, Arafah Rianti, Fauzi Baadila, dan Adhin Abdul Hakim. Diproduseri oleh Asma Nadia dan Helvy Tiana Rosa, yang juga menyumbangkan skenario yang puitis tapi realistis.

Hayya 3: Gaza bukan sekadar tontonan, melainkan refleksi nurani. Film ini membawa para penonton masuk ke dunia anak-anak korban perang, bagaimana mereka bertahan dengan luka, rindu, dan mimpi yang tak pernah padam. 

Lebih dari itu, film ini juga menggerakkan. Sebanyak 40% dari hasil penjualan tiket akan disumbangkan untuk bantuan kemanusiaan di Palestina, menjadikan pengalaman menonton sebagai bentuk partisipasi nyata dalam aksi kemanusiaan.

Publik Indonesia menyambut film ini dengan haru dan antusias. Anies Baswedan, dalam penayangan khusus, menyebut film ini sebagai “narasi yang kuat, menyentuh, dan menyadarkan tentang kemanusiaan.” Banyak warganet juga menyebut film ini sebagai “film Indonesia paling relevan secara global saat ini.”

Haya 3: Gaza bukan hanya tentang anak-anak Palestina. Ini adalah tentang manusia, apakah masih memiliki hati untuk peduli terhadap sesama? Apakah manusia sekarang ini cukup berani untuk bertindak? Film ini wajib ditonton oleh siapa pun yang ingin menyelami makna kemanusiaan dari cerita nyata yang belum usai sampai saat ini.