Review Senyum Manies Love Story: Kisah Cinta Tulus yang Terinspirasi dari Kehidupan Nyata
Yurinda - Senin, 16 Juni 2025 09:26 WIB
Film Senyum Manies Love Story hadir sebagai angin segar di tengah deretan film remaja yang kerap menampilkan romansa instan dan konflik cinta klise. Disutradarai oleh Ronny Mepet dan ditulis oleh Tisa T.S., film ini terinspirasi dari kisah nyata pasangan publik ternama, Anies Baswedan dan istrinya, Fery Farhati.
Namun, alih-alih menjadi biopik politik, cerita film ini justru berfokus pada masa muda mereka yang penuh semangat, nilai, dan cinta yang mengakar kuat dalam idealisme dan keyakinan. Latar film ini mengambil tempat di Yogyakarta pada akhir tahun 1980-an hingga awal 1990-an.
Visualisasi suasana kota pelajar ini berhasil dibangun dengan sangat autentik. Penonton diajak masuk ke dalam kehidupan kampus Universitas Gadjah Mada, tempat Anies dan Fery pertama kali bertemu dan mulai saling mengenal. Tidak hanya menampilkan suasana akademik yang khas, film ini juga menangkap dinamika organisasi kemahasiswaan, aktivitas sosial, dan pergulatan batin anak muda dalam mengejar impian besar.
Karakter utama, Anies muda, diperankan dengan apik oleh Fahad Haydra. Ia digambarkan sebagai sosok yang tenang, cerdas, dan punya visi besar. Sementara Kathy Indera yang memerankan Fery berhasil membawakan karakter perempuan cerdas dan bersahaja, yang justru membuatnya semakin menarik di mata Anies.
Chemistry keduanya terasa natural, tidak dipaksakan, dan berhasil membuat penonton larut dalam kisah mereka. Menariknya, film ini menekankan proses cinta yang dibangun melalui pendekatan taaruf, suatu konsep hubungan dalam Islam yang berlandaskan niat baik, kejujuran, dan komitmen, bukan sekadar perasaan sesaat.
Hal ini menjadikan Senyum Manies Love Story berbeda dari film cinta remaja kebanyakan. Romantisme tidak ditampilkan secara berlebihan, tetapi justru terasa lebih mendalam dan menyentuh.
Konflik utama dalam film ini tidak hanya soal cinta segitiga atau perasaan yang tak terungkap, tetapi juga menyangkut pilihan besar dalam hidup. Anies harus menentukan apakah ia akan lebih dulu mengejar cinta atau fokus membangun masa depan dan tanggung jawab sosialnya. Dilema inilah yang membuat cerita terasa begitu relevan bagi generasi muda yang tengah berada di persimpangan hidup.
Secara sinematik, film ini memanjakan mata lewat sinematografi yang lembut dan musik latar yang menyatu dengan emosi adegan. Nuansa tahun 90-an terasa kental lewat detail busana, kendaraan, hingga pernak-pernik khas era tersebut. Produksi film ini digarap oleh Bennatin Surya Cipta bersama Berkah Menara Sinema dan H. Beni Pensong sebagai produser.
Resmi rilis pada 12 Juni, Senyum Manies Love Story telah mendapat sambutan hangat dari penonton, terutama karena kisahnya yang sangat relatable dan menyentuh. Ini adalah film yang bukan hanya menghibur, tapi juga menginspirasi tentang cinta, ketika dijalani dengan niat dan prinsip, bisa menjadi kekuatan besar untuk membentuk masa depan.