Review The Accountant 2: Kembalinya Christian Wolff dalam Aksi yang Lebih Gelap dan Emosional
Yurinda - Selasa, 29 April 2025 08:15 WIB
Setelah hampir satu dekade dinantikan, Christian Wolff kembali menunjukkan aksinya dalam The Accountant 2 (2025). Disutradarai oleh Gavin O’Connor dan ditulis oleh Bill Dubuque, film ini memperluas dunia karakter utama yang unik: seorang akuntan jenius dengan spektrum autisme yang sekaligus adalah pembunuh terlatih.
Pada film lanjutan The Accountant yang rilis 2016 silam ini, Ben Affleck dan Jon Bernthal kembali memerankan Christian dan Brax Wolff. Namun, film kedua ini memperlihatkan hubungan saudara yang rumit dalam alur yang lebih emosional dan intens.
Cerita dimulai dengan terbunuhnya Raymond King (J.K. Simmons), yang dalam film pertama pernah berperan besar dalam membantu Christian. Pesan terakhir King, yaitu "Find the accountant," membawa Marybeth Medina (Cynthia Addai-Robinson), yang kini seorang pejabat tinggi di Departemen Keuangan AS, untuk menghubungi kembali Christian.
Kali ini, Christian dan Brax ditarik ke dalam penyelidikan jaringan perdagangan manusia yang kejam, membawa mereka berhadapan dengan musuh yang lebih berbahaya dari sebelumnya. Berbeda dari film pertama yang fokus pada manipulasi data keuangan, The Accountant 2 lebih berfokus pada misi penyelamatan, memperlihatkan sisi pribadi Christian yang selama ini tersembunyi.
Chemistry antara Affleck dan Bernthal menjadi kekuatan besar pada film ini. Kedekatan keduanya di layar menghidupkan hubungan saudara yang tidak hanya penuh trauma dan kekerasan, tetapi juga kasih sayang yang sulit untuk diungkapkan.
Hal yang menjadi sorotan pada film ini adalah absennya Dana Cummings (Anna Kendrick). Namun, sutradara Gavin O'Connor mengungkapkan bahwa keputusan tersebut diambil agar film dapat lebih berfokus lebih pada dinamika keluarga Wolff. Meskipun begitu, ia juga memberi sinyal bahwa Dana bisa saja kembali dalam sekuel ketiga, yang kabarnya sudah masuk dalam agenda.
Jika diperhatikan dari segi teknis, film The Accountant 2 tampil lebih sinematik dengan pemilihan lokasi yang lebih luas, seperti Los Angeles dan Juárez, Meksiko. Sinematografi dengan tone gelap dan kamera handheld menambah kesan realisme dan urgensi dalam tiap adegan. Tidak hanya itu, aksi-aksi brutal yang dibalut dengan gaya khas karakter Christian juga masih menjadi keunggulan utama film satu ini.
Meski bisa dikatakan menghadirkan cerita yang lebih dalam dan kelam, film ini juga dibalut dengan humor yang, sayangnya, justru terkesan bertabrakan dengan tema utama yang jadi sorotan, yaitu perdagangan manusia. Tak hanya itu, alur cerita di film kedua ini pun terasa terburu-buru, terlebih dalam transisi antar subplot.
Namun secara keseluruhan, The Accountant 2 berhasil menjadi sekuel yang bisa dibilang solid. Gavin sukses memperluas karakterisasi Christian Wolff, mengembangkan dunia yang ditinggali, sekaligus mengisyaratkan petualangan yang lebih besar di masa depan.
Dengan durasi 132 menit dan rating R (Remaja), film ini menawarkan kombinasi aksi yang intens, drama keluarga yang pelik, dan thriller konspirasi yang matang. Bagi penggemar genre thriller-aksi yang mendebarkan, The Accountant 2 adalah sebuah tontonan wajib yang memuaskan, sekaligus meninggalkan rasa penasaran untuk mengetahui bagaimana kelanjutan kisah dari Christian Wolff, Si Akuntan.