Review The Strangers: Chapter 2, Teror yang Panjang, Repetitif, tapi Masih Menegangkan

Tim Teaterdotco - Senin, 6 Oktober 2025 10:32 WIB
Review The Strangers: Chapter 2, Teror yang Panjang, Repetitif, tapi Masih Menegangkan

Film The Strangers: Chapter 2 kembali membawa penonton ke dunia teror para pembunuh bertopeng yang ikonik. Disutradarai oleh Renny Harlin, film ini melanjutkan kisah Maya (Madelaine Petsch) setelah berhasil lolos dari serangan brutal di The Strangers: Chapter 1. Namun, alih-alih menawarkan sesuatu yang segar, bab kedua ini terasa seperti pelarian panjang tanpa arah yang jelas.

Sinopsis: Teror yang Belum Usai

Cerita The Strangers: Chapter 2 dimulai tepat setelah akhir The Strangers: Chapter 1. Maya, satu-satunya korban selamat, kini dirawat di rumah sakit kecil di Venus, Oregon. Ia masih trauma berat, dihantui bayangan kekasihnya yang tewas dan kecurigaan terhadap siapa pun di sekitarnya. Sheriff Rotter (Richard Brake) yang menangani kasusnya pun tampak mencurigakan.

Namun ketenangan singkat itu tidak bertahan lama. Trio pembunuh bertopeng — Dollface, Pin-Up Girl, dan Man in the Mask — kembali untuk menuntaskan pekerjaan mereka. Rumah sakit pun berubah menjadi labirin kematian yang mencekam, memaksa Maya untuk kembali berlari demi hidupnya.

Dari rumah sakit ke hutan terpencil, The Strangers: Chapter 2 adalah rangkaian kejar-kejaran yang intens, namun sayangnya, terasa repetitif dan berputar-putar tanpa arah plot yang signifikan.

Kekuatan Akting Madelaine Petsch

Madelaine Petsch kembali memikul The Strangers: Chapter 2 sendirian. Sebagai “final girl”, ia berhasil menampilkan ketakutan dan kelelahan secara emosional maupun fisik. Hampir tanpa banyak dialog, Petsch mengandalkan ekspresi dan bahasa tubuh untuk menggambarkan trauma mendalam yang dialami Maya.

Namun, karakter Maya sendiri masih terasa datar. Ia seperti hanya menjadi alat bagi plot untuk berjalan, bukan sosok yang benar-benar berkembang. Hubungan dengan karakter lain pun minim, membuat perjalanan emosionalnya terasa kurang menggigit.

Richard Brake tampil solid sebagai Sheriff Rotter yang misterius, sementara trio pembunuh tetap menakutkan secara visual. Sayangnya, mereka kehilangan daya misterinya karena terlalu sering muncul di depan kamera — mengurangi rasa teror psikologis yang dulu membuat film orisinalnya begitu efektif.

Visual Kuat, Cerita Lemah

Secara teknis, The Strangers: Chapter 2 dibuat dengan rapi. Sinematografi di rumah sakit yang remang-remang menciptakan suasana mencekam. Renny Harlin masih tahu cara membangun tensi lewat bayangan dan kemunculan mendadak di ujung koridor.

Sayangnya, begitu cerita bergerak ke luar rumah sakit, film ini kehilangan arah. Adegan kejar-kejaran di hutan terasa panjang dan repetitif. Bahkan beberapa adegan, seperti serangan babi hutan CGI, tampak tidak relevan dan menurunkan ketegangan.

Lebih jauh, keputusan memberikan latar belakang (backstory) kepada salah satu pembunuh justru menjadi kesalahan fatal. Misteri yang dulu membuat mereka menakutkan kini hilang, digantikan alasan klise yang membuat ancaman mereka terasa murahan.

Sindrom Babak Tengah dan Akhir yang Menggantung

Sebagai bagian kedua dari trilogi The Strangers, The Strangers: Chapter 2 jelas menderita sindrom “babak tengah”. Film ini hanya berfungsi sebagai jembatan menuju The Strangers: Chapter 3 yang akan datang. Plot terasa ditunda-tunda, dan ending-nya menggantung dengan cara yang jelas dimaksudkan untuk menyiapkan sekuel.

Durasi 98 menit terasa panjang tanpa banyak kemajuan cerita. Film ini gagal berdiri sendiri dan justru membuat penonton menunggu sesuatu yang belum tentu lebih baik di babak terakhirnya.

The Strangers: Chapter 2 mencoba mempertahankan atmosfer horor klasik 80-an dengan sentuhan modern, tetapi hasilnya setengah matang. Ia lebih mirip film slasher generik daripada horor psikologis seperti versi aslinya The Strangers (2008).

Kredit pantas diberikan pada akting Madelaine Petsch dan eksekusi teknis yang solid. Namun, naskah lemah, pengulangan adegan, dan keputusan kreatif yang merusak misteri utama membuat film ini terasa kehilangan arah.

Bagi penggemar horor, The Strangers: Chapter 2 mungkin masih layak ditonton untuk ketegangan dan nostalgia. Tapi bagi yang mengharapkan evolusi dari waralaba The Strangers, film ini lebih seperti pelarian panjang yang tidak membawa ke mana-mana.