Review The Ugly Stepsister: Cerita Cinderella dalam Balutan Horor
Yurinda - Senin, 2 Juni 2025 10:39 WIB
The Ugly Stepsister merupakan reinterpretasi horor yang berani sekaligus menegangkan dari kisah klasik Cinderella yang begitu populer. Disutradarai oleh Emilie Blichfeldt, film debut ini tayang perdana pada Sundance Film Festival 2025.
Seketika, film ini langsung mencuri perhatian penonton serta pengamat film. Sebab, sang sutradara menggunakan pendekatan yang penuh kritik sosial dan kehadiran visual yang mengguncang.
Cerita bermula dari seorang gadis bernama Elvira yang diperankan oleh Lea Myren. Elvira adalah gadis miskin yang tinggal bersama ibu dan saudara tirinya yang cantik, Agnes (Thea Sofie Loch Næss).
Tak jauh berbeda dengan cerita asli Cinderella, Elvira dan saudara tirinya tentu sangat mendambakan untuk bisa jadi pendamping pangeran kerajaan. Lantas, Ketika kesempatan emas datang dalam bentuk pesta kerajaan, Elvira berharap bisa merebut hati Pangeran Julian (Isac Calmroth).
Namun, Elvira menyadari bahwa penampilannya pasti tidak sesuai dengan standar kecantikan pada. zaman itu. Ia rela melakukan apa saja demi bisa “menjadi cantik”. Sayangnya, pengorbanan yang dilakukan oleh Elvira tak hanya batiniah, tetapi juga fisik.
Dalam adegan body horror yang begitu mencengangkan, ia menjalani serangkaian prosedur kosmetik ekstrem: dari mengenakan korset yang menghancurkan tulang rusuk, hingga meminum cairan berbahaya demi mengecilkan ukuran pinggangnya.
Namun, bukannya berubah menjadi putri seperti yang diinginkan, Elvira justru berubah menjadi monster, secara harfiah dan metaforis.
Visual Suram yang Memikat
Dikemas dengan sinematografi apik oleh Marcel Zyskind, film ini menciptakan atmosfer gotik kelam dan menghantui yang begitu sempurna. Set yang detail dan kostum era 1700-an membawa penonton memasuki dunia dongeng yang lebih gelap, jauh sekali dari versi Disney yang penuh warna dan ceria.
Efek praktis dalam transformasi Elvira terlihat mengerikan sekaligus menyedihkan, menjadi salah satu kekuatan besar pada film ini. Blichfeldt memanfaatkan dongeng untuk menyampaikan kritik tajam terhadap budaya patriarki dan obsesi manusia terhadap kecantikan pada masa lampau.
Sebenarnya, Elvira bukan karakter jahat seperti biasanya digambarkan dalam dongeng, tapi korban dari sistem yang menindas dan memaksa perempuan untuk mengubah diri demi sebuah validasi. Proses “menjadi cantik” dalam film ini digambarkan dengan jelas sebagai penderitaan literal, baik secara fisik dan psikologis.
Lea Myren memberikan performa yang luar biasa sebagai Elvira, pemeran utama pada film. Ia mampu menampilkan kompleksitas karakter, jiwa yang rentan, marah, putus asa, dan akhirnya teralienasi. Film ini mendapatkan pujian luas dari para kritikus.
Di Rotten Tomatoes, The Ugly Stepsister mencatat skor sebesar 98%, sementara Metacritic memberinya nilai 71, menandakan penerimaan yang sangat positif untuk film debut adaptasi dari dongeng.
Dengan menyatukan elemen horor, drama psikologis, dan kritik sosial, The Ugly Stepsister sukses menawarkan sisi baru yang gelap tapi tetap relevan terhadap dongeng yang selama ini dikenal luas oleh masyarakat. Ini bukan hanya kisah tentang iri hati akan kecantikan atau status sosial, tapi juga mengenai bagaimana masyarakat menciptakan “sisi lain” dari orang-orang yang tidak sesuai standar.
Bagi yang mencari film horor yang penuh emosi dengan plot cerita tak terduga, The Ugly Stepsister adalah tontonan wajib tahun ini.