Sinopsis Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa: Membuka Isu Pelecehan Seksual dalam Lingkungan Keagamaan

Irvan Daniansyah - Selasa, 21 November 2023 08:39 WIB
Sinopsis Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa: Membuka Isu Pelecehan Seksual dalam Lingkungan Keagamaan
(foto/image: instagram/Tuhan Izinkan Aku Berdosa)

Jakarta Film Week 2023 dibuka dengan kehadiran film yang sangat menggugah perasaan penontonnya, yaitu "Tuhan, Izinkan Aku Berdosa." Film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo, seorang sutradara kenamaan di Indonesia.

Dalam pembuatan film ini, Hanung Bramantyo menghadapi banyak tantangan kreatif sekaligus mengeksplorasi berbagai isu sensitif yang menggugah hati banyak orang.

Pelecehan Seksual dalam Konteks Keagamaan

Salah satu isu yang diangkat dalam film ini adalah pelecehan seksual yang terjadi di lingkungan keagamaan. Hanung Bramantyo berbicara tentang motivasi dibalik pembuatan film ini, "Menurut saya, film ini nggak akan ada kalau situasi keagamaan kita nggak seperti saat ini.

Pelecehan di lingkungan keagamaan, mereka yang memakai topeng agama, yang salah bukan agama tapi orang yang pengecut dan penakut." Ini merupakan sebuah pernyataan yang kuat, yang menyoroti pentingnya menghadapi isu-isu sensitif yang terkadang dihindari oleh masyarakat.

Hanung Bramantyo juga memaparkan bahwa film "Tuhan, Izinkan Aku Berdosa" merupakan ekspresi dari kekecewaan dan kesedihan pribadinya terhadap kondisi sosial saat ini. Ia menyatakan, "

Sekarang terbesit lagi setelah kasus-kasus yang terjadi di pesantren atau kelompok pengajian, ini bukan merujuk ke agama tapi ke kelompok tertentu." Film ini menjadi medium untuk mengungkapkan perasaan dan keprihatinan yang mendalam terhadap kejadian-kejadian yang terjadi dalam lingkungan keagamaan.

Dari Novel Menuju Layar Lebar

"Tuhan, Izinkan Aku Berdosa" adalah sebuah adaptasi dari novel karya Muhidin M Dahlan yang berjudul "Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!" yang diterbitkan pada tahun 2003. Hanung Bramantyo mengungkapkan bahwa ia telah membaca novel tersebut pada tahun yang sama dan mengetahui bahwa ceritanya menciptakan banyak pro dan kontra.

Pada saat itu, atmosfer politik dan sosial di Indonesia sangat ketat, dan kelompok yang menggunakan alasan agama sebagai payung seringkali menjadi sasaran. Hanung Bramantyo juga mengakui perasaannya yang khawatir dalam menyutradarai film ini, "Saya juga takut menonton film saya, ya menurut saya film ini tidak akan ada kalau situasi keagamaan kita nggak seperti saat ini."

Setelah melewati perjalanan panjang sejak awal pandemi, Hanung akhirnya memutuskan untuk memberikan judul yang agak berbeda dari judul asli novel.

Ia kemudian menjelaskan suatu alasannya, "Mengapa akhirnya mulai memilih judul ini, kita semua sedang mengadaptasi sebuh novel, jdi bukan sekadar membuat suatu film dari novel. Karena ini hanya adaptasi, saya merasa tidak tepat menggunakan judul yang identik. Novelnya memang sangat populer dan dihargai, tetapi film saya masih dalam proses. Jika judulnya sama persis, rasanya kurang pantas."

Kisah Nadya Kirani dan Isu Khilafah

"Tuhan, Izinkan Aku Berdosa" mengisahkan perjalanan Nadya Kirani, seorang anggota Rohis atau kelompok kajian Al-Qur'an di kampusnya. Bersama dengan organisasi Islam Dardariyah, Nadya berjuang untuk menyebarkan dakwah mengenai sistem Khilafah yang dianggapnya sebagai sistem yang sesuai dengan syariat Islam.

Namun, keputusan Nadya untuk bergabung dengan organisasi tersebut membawanya pada jalan yang berbeda. Film ini menjadi alat untuk menggambarkan perubahan dalam kehidupan Nadya dan pengaruh yang dimiliki oleh organisasi tersebut dalam pandangan dan tindakan mereka.

Pemeran Utama dan Karakter-Karakter yang Kuat

Pemeran utama dalam film ini adalah Aghniny Haque yang memerankan karakter Kirani. Para aktor dan aktris ini membawa karakter-karakter dalam film ini menjadi lebih hidup dan mampu menyampaikan pesan-pesan yang mendalam kepada penonton.

Film "Tuhan, Izinkan Aku Berdosa" merupakan karya yang menggugah dan penting, tidak hanya sebagai sebuah bentuk seni, tetapi juga sebagai media untuk membuka diskusi tentang isu-isu sosial yang relevan, termasuk pelecehan seksual dalam lingkungan keagamaan.

Dengan keberanian Hanung Bramantyo dalam menyajikan isu-isu sensitif ini, diharapkan film ini dapat menginspirasi penonton untuk lebih peduli dan berpartisipasi dalam upaya mengatasi masalah-masalah yang ada dalam masyarakat kita.