4 Fakta Menarik Film Tenung by Risa Saraswati & Dimasta, Angkat Mitos Tertua

Reskia Ekasari - Jumat, 13 Juni 2025 10:37 WIB
4 Fakta Menarik Film Tenung by Risa Saraswati & Dimasta, Angkat Mitos Tertua

Setelah sukses dengan Danur, Ivanna, dan Asih, kini waktunya novel Tenung by Risa Saraswati & Dimasta menjajal keberuntungannya di layar lebar. 

Sama halnya dengan novel-novel sebelumnya, Tenung  mengisahkan kisah horor berdasarkan mitos lokal atau daerah. 

Dalam film ini, Tenung mengangkat mitos yang beredar yaitu jenazah tak boleh ada  kucing yang melompatinya karena bikin orang mati bangkit lagi. Sangat sederhana. Tapi, bagaimana dengan penggarapan film yang disutradarai oleh Rizal Mantovani ini? 

Fakta Tenung by Risa Saraswati & Dimasta

Ada banyak hal menarik dari Tenung Risa Saraswati yang penulisannya collab dengan suaminya sendiri ini:

1. Awalnya Hanya Souvenir Pernikahan

Sebenarnya, novel ini mereka tulis sebagai kenang-kenangan dan juga souvenir pernikahan keduanya pada tahun 2019. 

Dalam sesi bicara dengan Risa Saraswati, ia mengenang jika buku ini memang ia buat bersama calon suaminya. 

Ketika itu, Risa ingin menulis kisah horor berdasarkan fenomena yang banyak masyarakat sekitarnya yakini, “jangan sampai ada kucing melompati jenazah”. 

Risa merasa bulu kuduknya merinding mendengar mitos ini, lalu menuliskan buku tersebut. 

2. Menggunakan Mitos Tertua di Indonesia 

Karya Risa Saraswati feat suaminya ini, menggunakan salah satu mitos tertua yang ada di Indonesia. 

Mitos ini adalah jika ada orang meninggal dan kucing melompatinya, maka hasilnya jenazah tersebut akan bangkit lagi. Setelah mengeksplorasi, hadirlah kisah seram yang kini sudah masuk layar lebar ini. 

3. Pemeran yang Harus Belajar Bahasa Sunda

Selain naskahnya, kisah pemeran film Tenung ini juga punya kisah menarik. Pasalnya, Emir Mahira dan Aisyah Aqila yang baru pertama kali beradu peran dalam film, harus menghadapi tantangan. 

Tantangannya adalah belajar aksen bahasa Sunda. Emir Mahira, dengan waktu persiapan yang terbatas karena juga menggarap proyek lain, harus belajar ekstra untuk melafalkan bahasa Sunda dengan tepat. 

Aqila juga demikian karena ia bilang aksen bahasa Sunda cukup sulit karena berasal dari tempat yang jauh dari Sunda.

4. Memadukan Horor dan Kisah Ala Indonesia

Selain horor, film ini juga berpadu dengan kisah ala-ala Indonesia, yakni soal drama keluarga. Ini kesukaan orang Indonesia, sekaligus jadi kisah yang sudah terlalu ngebosenin untuk hadir dalam film. 

Drama keluarga yang hadir dalam film ini, adalah kisah tiga anak yang tumbuh besar tanpa kehadiran seorang ayah. Ketiganya, dalam film ini menghadirkan ketegangan serta konflik internal. 

Meski samar, tapi kisah ala-ala keluarga Indonesia juga cukup terasa dalam film ini. Misalnya, Ari, yang merupakan seorang anak sulung merasa terbebani dalam mengemban tanggung jawab untuk kedua adiknya. Padahal, dalam dirinya ia belum siap. 

Ira, si bungsu tetap bersama ibu. Putra sulung yang terbebani dan si bungsu yang menemani ibu, menjadi salah satu hal yang menurut beberapa ulasan, memberikan beban emosi pada film. 

Film ini sudah tayang di awal Juni dan tetap menarik untuk kamu tonton. Mitos yang lekat dengan orang Indonesia, drama keluarga yang meski klise tetap memberi emosi, serta visual yang menyeramkan, adalah alasan mengapa kamu harus tetap nonton film ini.