Esok Tanpa Ibu Rilis Trailer, Dian Sastrowardoyo Jadi Ibu AI
Tim Teaterdotco - 6 jam yang lalu
Film drama keluarga Esok Tanpa Ibu resmi merilis trailer dan poster perdana yang langsung menyita perhatian publik. Mengusung tema kehilangan orang terkasih yang dipadukan dengan isu kecerdasan buatan (AI), film ini menawarkan cerita emosional yang dekat dengan realitas keluarga modern. Disutradarai Ho Wi-ding dan diproduseri Dian Sastrowardoyo bersama Shanty Harmayn, Esok Tanpa Ibu dijadwalkan tayang di bioskop Indonesia mulai 22 Januari 2026.
Kisah Duka Anak Remaja dan Kehilangan Sosok Ibu
Cerita berfokus pada Rama atau Cimot, remaja laki-laki yang diperankan Ali Fikry. Ia dikenal sangat dekat dengan sang ibu, Laras (Dian Sastrowardoyo), sementara hubungannya dengan sang ayah, Hendi (Ringgo Agus Rahman), cenderung kaku dan berjarak. Tragedi besar terjadi ketika Laras mengalami koma, membuat Cimot kehilangan figur utama dalam hidupnya.
Kondisi tersebut memperburuk relasi ayah dan anak yang sejak awal tidak berjalan mulus. Cimot tenggelam dalam kesedihan, sementara Hendi kesulitan mengekspresikan kasih sayang sebagai seorang ayah. Konflik keluarga inilah yang menjadi fondasi emosional film sebelum teknologi AI masuk ke dalam cerita.
i-Bu, AI yang Menyerupai Sosok Ibu
Dalam situasi terpuruk, Cimot menemukan jalan keluar tak terduga melalui teknologi AI bernama i-Bu. AI ini memungkinkan Cimot kembali berinteraksi dengan sosok ibu dalam wujud digital, lengkap dengan suara dan visual yang menyerupai Laras. Kehadiran i-Bu bukan hanya menjadi teman bicara, tetapi juga memunculkan dilema emosional: sejauh mana teknologi boleh menggantikan peran manusia?
Dian Sastrowardoyo memerankan dua peran sekaligus, yakni Laras sebagai ibu dan i-Bu sebagai entitas AI. Untuk mendalami karakter AI, Dian mengaku banyak mempelajari pola bicara kecerdasan buatan di perangkat gawai, termasuk intonasi dan respons yang terkesan kaku. Dalam film, i-Bu digambarkan melalui beberapa tahap, mulai dari versi awal yang sangat mekanis hingga versi lebih canggih yang semakin menyerupai manusia.
Konflik Ayah dan Anak yang Relatable
Ringgo Agus Rahman mengungkapkan bahwa karakter Hendi merepresentasikan banyak ayah yang kesulitan mengomunikasikan perasaan kepada anak laki-laki mereka. Sosok ibu sering kali menjadi perekat keluarga, penyalur kasih sayang, sekaligus jembatan komunikasi. Ketika peran itu hilang, barulah terasa betapa sentralnya posisi seorang ibu dalam rumah tangga.
Konflik ini disajikan secara realistis dan relevan, membuat Esok Tanpa Ibu tak sekadar bicara soal teknologi, tetapi juga dinamika keluarga dan maskulinitas dalam budaya sehari-hari.
Film Esok Tanpa Ibu atau Mothernet telah lebih dulu melakukan world premiere di Busan International Film Festival 2025 melalui program Vision Asia, serta diputar di JAFF 2025. Diproduksi oleh BASE Entertainment, Beacon Film, dan Refinery Media, film ini juga mendapat dukungan dari Singapore Film Commission dan IMDA.
Dengan tema universal tentang keluarga, kehilangan, dan batas antara manusia dan mesin, Esok Tanpa Ibu diharapkan mampu menggugah penonton untuk lebih menghargai waktu bersama orang-orang tercinta. Film ini menjadi salah satu tontonan Indonesia paling dinantikan di awal 2026, terutama bagi penikmat drama keluarga yang sarat emosi dan refleksi.