Review Kampung Jabang Mayit: Ritual Maut, Film Horor Psikologis Tanpa Jumpscare Murahan

Yurinda - Senin, 28 Juli 2025 08:22 WIB
Review Kampung Jabang Mayit: Ritual Maut, Film Horor Psikologis Tanpa Jumpscare Murahan

Ketika karier gemilang bergeser ke jurang kegelapan, Weda, seorang model muda, tiba‑tiba terjebak dalam pusaran ritual kuno dan mistis di Desa Rangkaspuna. Kampung Jabang Mayit: Ritual Maut, yang dirilis pada 24 Juli 2025, menyuguhkan kisah horor kuat dan berlapis emosional.

Dalam film yang berdurasi sekitar 92 menit ini, Weda (Ersya Aurelia) menghadapi skandal besar bersama pacarnya, Bagas (Bukie B. Mansyur), yang hampir menghancurkan kariernya. Dalam keputusasaan, mereka melarikan diri ke kampung asal Bagas: Desa Rangkaspuna, 

Dulu, desa ini dikenal sebagai tempat pembuangan mayat tanpa identitas. Namun, saat ini kampung tersebut ternyata dipimpin oleh seorang dukun kejam bernama Ni Itoh (Atiqah Hasiholan). Ni Itoh kerap melakukan ritual aborsi ilegal dengan bayi sebagai tumbal demi mendapatkan kekuasaan supranatural.

Narasi film ini mengadaptasi utas viral di platform X dan YouTube dengan jutaan pendengar sejak 2022, kemudian dikembangkan menjadi cerita yang penuh ketegangan oleh Teguh Faluvie dan Prasodjo Muhammad. Sementara, Sutradara Wisnu Surya Pratama menyajikan pendekatan horor yang sangat berbeda: bukan hanya jumpscare, tapi juga ketegangan psikologis yang memunculkan cerminan tentang pilihan hidup dan moralitas.

Tidak hanya itu, visual film ini pun unik: meskipun berlatar siang hari dengan pencahayaan natural, suasananya tetap mencekam karena latar desa yang penuh rahasia kelam. Desain produksi yang menampilkan nuansa akhir 80-an terasa sangat autentik, mulai dari kostum hingga setting lingkungan kian menguatkan keaslian cerita. 

Akting pemain utama pun sangat luar biasa. Ersya Aurelia sebagai Weda berhasil menampilkan karakter emosional yang kuat, dari glamor hingga takut dan rapuh. Bagas, diperankan oleh Bukie B. Mansyur, menyampaikan konflik batin yang realistis, membuat kisah konflik pasangan ini terasa nyata dan menegangkan. 

Sementara itu, Atiqah Hasiholan sebagai Ni Itoh memberi karakter dukun yang bukan sekadar jahat, tapi misterius, dingin, dan sangat manusiawi dalam ketidak terlihatannya. Pemain pendukung seperti Rachquel Nesia (Rini), Nessie Judge, dan Yudi Ahmad Tajudin (Ki Jaka) kian memperkaya dinamika cerita dan memperkuat nuansa komunitas desa yang horor tapi dekat dengan realitas sosial.

Film ini juga menyelipkan isu sosial dan moral yang berat, terutama tentang aborsi, tanggung jawab perempuan, dan keputusasaan akibat stigma. Semua itu disampaikan tanpa secara natural tanpa terasa menggurui, justru mengundang ketertarikan penonton akan nilai kemanusiaan sekaligus konsekuensi dari pilihan yang keliru. 

Secara keseluruhan, film Kampung Jabang Mayit: Ritual Maut berhasil menjadi angin segar dalam perfilman horor Indonesia. Dengan cerita adaptasi yang begitu kuat, visual berbeda, akting memukau, dan tema sosial yang menggigit, film ini wajib masuk daftar tontonan. Isi ceritanya bukan sekadar menakut-nakuti, tapi juga sarat akan pelajaran hidup yang sedang menjadi perhatian utama beberapa waktu terakhir.