Review Di Ambang Kematian: Drama Misteri Penuh Teror Mengerikan

Baba Qina - Sabtu, 30 September 2023 00:14 WIB
Review Di Ambang Kematian: Drama Misteri Penuh Teror Mengerikan

Apakah sobat teater pernah membaca utas atau thread di Twitter berjudul Di Ambang Kematian yang sempat viral lewat unggahan akun @jeropoint? Ya, utas yang telah dilihat lebih dari 10 juta kali itu kini coba diangkat ke layar lebar oleh rumah produksi MVP Pictures dengan menggaet Azhar Kinoi Lubis sebagai sutradara.

Film Di Ambang Kematian menceritakan tentang sebuah keluarga yang beranggotakan Bapak Suyatmo (Rifnu Wikana), ibu (Kinaryosih), Yoga (Wafda Saifan) dan Nadia (Taskya Namya). Keharmonisan keluarga tersebut harus terenggut setiap 10 tahun sekali. Satu per satu anggota keluarga harus mati karena menjadi tumbal perjanjian pesugihan yang dilakukan Pak Suyatmo untuk melancarkan bisnisnya.

Berawal dari suatu malam ketika Nadia dan Yoga memergoki sang Bapak masuk ke dalam suatu ruangan dengan membawa sebuah karung yang tak sengaja terjatuh dan berisikan kepala kambing. Setelah kejadian tersebut pada tahun, ibu mereka mati mengenaskan. Selang 10 tahun kemudian, Yoga yang akhirnya mengetahui ayahnya melakukan pesugihan pun harus menemui ajalnya. Lantas, apakah Nadia juga akan mengalami nasib yang sama dengan anggota keluarga yang lainnya?

Seperti yang sudah terlihat pada poster filmnya, Di Ambang Kematian memang menawarkan sajian horor berbumbu gore dan jumpscare yang cukup banyak, tapi tetap sangat bisa dinikmati oleh para pecinta gore dan horor genre karena visual dan practical effect yang sangat berkualitas dan memanjakan mata.

Dari segi cerita, film ini sedikit mengingatkan penulis dengan film Kafir (2018). Eksplorasi mitologi makhluk Baphomet cukup digali secara mendalam. Pacingnya memang tarik ulur antara cepat ke lambat, namun penjelasan karakternya mudah dimengerti dan mampu membuat kita bersimpati dengan perjuangan yang dirasakan oleh para karakternya.

Karakterisasi dari film ini juga terasa sangat dalam, intimate, dan dekat dengan penonton. Sehingga setiap emosi, ketakutan dan kesedihan yang dirasakan oleh para karakternya dapat juga dirasakan oleh penonton. Hal ini tak terlepas dari penulisan skrip yang baik, directing yang terarah serta akting yang bisa dikatakan top class.

Secara spesifik, penulis ingin memberikan apresiasi yang lebih atas chemistry yang dibangun antara karakter Nadia dengan sang Bapak. Sangat kompleks. Terasa renggang namun memberikan rasa erat dan kerinduan di antara mereka berdua. Ketika kebencian seorang anak yang sangat besar tak bisa mengalahkan kasih sayang seorang bapak terhadap anaknya, maka terjadilah perasaan yang membuat dilema. Emosi yang disampaikan melalui akting para aktor inilah yang sukses menyentuh dan mungkin akan membuat air mata sobat teater sedikit tertumpah. Shoutout untuk akting Rifnu Wikana sebagai Bapak dan Taska Namya sebagai Nadia.

Salah satu pesan yang mengena dari film ini adalah tidak ada sosok bapak jahat yang ingin melukai keluarganya. Ia selalu berusaha dan berharap yang terbaik untuk mereka, namun terkadang jalan yang mereka pilih, tindakan yang mereka ambil, mungkin tidak sesuai dengan harapan. Alih-alih membahagiakan, tanpa sengaja ia bisa melukai keluarganya. Namun sekali lagi, itu bukan keinginan dari batin terdalam seorang bapak.

Secara keseluruhan, Di Ambang Kematian sukses menyajikan drama misteri yang dibalut kengerian dan teror. Ceritanya memang berjalan selayaknya kisah pesugihan pada umumnya. Mungkin karena diangkat dari kisah nyata, jadi kita tak perlu berharap banyak akan adanya twist atau kejadian yang terjadinya di bagian konklusinya.

Dan bisa dikatakan, bahwa Di Ambang Kematian adalah film horor lokal terbaik yang diadaptasi dari utas Twitter sejauh ini.