Review Film Detektif Jaga Jarak: Tawarkan Sesuatu yang Berbeda

Baba Qina - Minggu, 4 Juni 2023 20:27 WIB
Review Film Detektif Jaga Jarak: Tawarkan Sesuatu yang Berbeda

Di dunia perfilman Indonesia, nama sineas Rahabi Mandra termasuk sebagai salah satu pendatang baru yang sangat diperhitungkan. Karirnya di dunia film dimulai pada saat dirinya bekerja sama dengan sutradara kondang Hanung Bramantyo untuk membuat film berjudul 2014. Setelah kesuksesannya tersebut, Rahabi Mandra semakin fokus menekuni dunia perfilman. Detektif Jaga Jarak merupakan film terbarunya.

Berbeda dengan film-film detektif pada umumnya yang berfokus pada kasus perampokan atau pembunuhan yang dilakukan secara keji dan memiliki nuansa yang mencekam, film Detektif Jaga Jarak ini justru berkaitan dengan kasus-kasus perselingkuhan yang menjadi penyebab terjadinya perceraian.

Film Detektif Jaga Jarak bercerita tentang Almond (Marthino Lio) yang berencana untuk melamar dan menikahi pujaan hatinya, Arum (Givina Lukita). Arum adalah wanita dambaan sekaligus sahabat Almond sedari kecil. Orang tua Arum pun juga sudah berulang kali menyuruh Arum untuk cepat mengakhiri masa lajangnya. Sedangkan Almond harus bekerja lebih giat lagi untuk menghasilkan uang selama pandemi COVID-19.

Suatu hari, Almond bertemu dengan Takdir (Bima Sena) dan anjing pudel peliharaannya yang bernama Bro. Takdir bekerja sebagai seorang pengamen jalanan. Dia rupanya juga mencari nafkah sebagai orang bayaran yang bertugas menjadi mata-mata dan menyelidiki sejumlah pasangan yang diduga melakukan perselingkuhan.

Singkat cerita, Almond akhirnya juga menjadi mata-mata mengikuti jejak Takdir. Bahkan Almond sampai meminta bantuan kepada konsultan pernikahan agar bisa semakin jeli dalam menyelidiki dan membuktikan telah terjadi perselingkuhan kepada sejumlah pelanggannya.

Lantas bagaimana kelanjutan petualangan Almond dan Takdir dalam menyelidiki setiap kasus perselingkuhan?

Seperti yang tertulis di judulnya, film ini adalah sebuah cerita detektif. Akan ada banyak clue yang ditanam sedari bagian-bagian awal yang berhubungan dengan tokoh-tokohnya. Sesungguhnya, ini adalah cara yang berani dalam membuild-up karakter. Film tidak memberikan informasi lebih selain apa yang kita lihat, yang mana adalah apa yang Almond lihat.

Pada awalnya, beberapa dari karakter yang ditampilkan memang tampak tidak penting, namun kemudian sang sineas lalu membeberkan detil-detil kecil yang dikembangkan menjadi depth pada penokohannya. Dan, elemen dari tokoh-tokoh tersebut melingkar menutup cerita di akhir.

Selain kisah detektif, film ini juga menggunakan komedi sebagai red herring yang bertaburan di sepanjang film. Komedi dalam film ini benar-benar meminta kita menahan diri untuk tidak keluar dari bioskop sama sekali. Walaupun harus diakui, beberapa leluconnya akan bersifat hit and miss.

Sayangnya, film ini juga memiliki adat jelek untuk menjelaskan lelucon-lelucon yang disampaikan, yang mana adalah tanda-tanda kegagalan sebuah komedi. Sebab dalam dunia komedi, salah satu peraturan utamanya yakni “komedi yang baik adalah komedi yang tidak perlu untuk dijelaskan”.

Si pembuat film seperti merasa bahwa penonton tidak mampu mengerti punchline ataupun inti lelucon yang mereka sampaikan jika tidak dijelaskan sejelas-jelasnya. Hal tersebut juga mengantarkan kita kepada pertanda lain bahwa si pembuat film ini menganggap dirinya terlalu pintar untuk penonton.

Memiliki durasi yang cukup pendek, yakni 75 menit, membuat babak pertengahannya juga tampil tergesa-gesa. Kecerobohan karakter tampak disengaja guna memuluskan jalan cerita menuju akhir. Begitu juga konflik menarik tentang perselingkuhan berlatar era pandemi yang enggan ditelusuri.

Tapi paling tidak, kita semua harus tetap memberikan apresiasi kepada tim pembuat film Detektif Jaga Jarak ini, karena berani untuk menawarkan sesuatu yang berbeda, khususnya ketika sang sutradara Rahabi Mandra berani untuk memanfaatkan teknik penyuntingan quick cut guna meningkatkan level kekonyolan dari para pemain yang menjadi salah satu sektor terbaik di film ini.