Review Film Dhurandhar: Aksi Brutal, Konflik Politik, dan Pesona Akting Para Bintangnya
Tim Teaterdotco - 1 jam yang lalu
Dhurandhar, karya terbaru Aditya Dhar, menjadi salah satu rilisan Bollywood yang paling banyak dibicarakan tahun ini. Dengan durasi lebih dari tiga jam, film ini menyajikan campuran aksi brutal, intrik politik, dan drama kriminal lintas negara yang penuh ketegangan. Meski sarat kontroversi karena nuansa nasionalismenya yang tebal, Dhurandhar tetap menarik perhatian berkat eksekusi visual yang intens dan penampilan memikat para pemainnya.
Hamza Ali Mazari: Mata-mata di Tengah Kekacauan Lyari
Film ini mengikuti perjalanan Hamza Ali Mazari, mata-mata India yang menyusup jauh ke dalam jantung konflik Pakistan. Ranveer Singh tampil buas dan penuh energi sebagai Hamza, seorang agen yang menyamar selama bertahun-tahun di Lyari, wilayah rawan gang perang di Karachi. Dari penjual jus hingga menjadi orang kepercayaan geng besar, Hamza membangun jejaring sambil mengirimkan informasi ke India.
Kekuatan film terletak pada dunia Lyari yang digambarkan keras dan magnetis, tempat kekerasan, politik, dan ambisi saling bertabrakan. Namun, alur yang dipecah menjadi beberapa bab justru membuat cerita terasa bertele-tele. Banyak bagian berjalan lambat, sementara subplot politik dan pengenalan karakter terasa kebanyakan.
Adu Akting: Ranveer Singh dan Akshaye Khanna Paling Bersinar
Dari deretan nama besar, Akshaye Khanna menjadi salah satu yang paling bersinar. Ia memerankan Rehman Dakait, gangster flamboyan yang ingin meraih legitimasi politik. Kehadirannya menambah kedalaman cerita, menghadirkan sosok antagonis yang kompleks dan karismatik.
R Madhavan, Sanjay Dutt, dan Arjun Rampal juga memperkuat tensi film lewat karakter mereka yang penuh intrik. Namun banyak kritikus sepakat bahwa film ini sempat terasa tumpang tindih karena terlalu banyak figur penting yang masuk tanpa pengembangan memadai.
Dhurandhar bukan film untuk penonton yang mudah mual. Adegan tembak-menembak, penyiksaan, dan kekerasan grafis ditampilkan tanpa sensor. Kamera bergerak cepat menangkap kekacauan, sementara editing yang intens membuat setiap adegan terasa hidup dan mencekam.
Meski demikian, penggunaan rekaman asli dari insiden teror, termasuk 26/11 Mumbai, menuai kritik. Banyak yang menilai keputusan ini terlalu sensasional dan bisa membingungkan penonton mengenai batas antara fiksi dan fakta.
Film ini sarat muatan nasionalisme, menampilkan Pakistan sebagai sarang konflik internal dan terorisme. Beberapa dialog dan adegan bahkan dinilai terlalu menonjolkan propaganda. Absennya ruang bagi sisi lain membuat narasi terasa berat sebelah, dan bagi sebagian penonton, ini bisa mengganggu kenyamanan menonton.
Meski demikian, bagi mereka yang mengikuti karya Aditya Dhar sejak Uri, gaya garang dan patriotisme agresifnya sudah bukan hal baru.
Dhurandhar adalah tontonan yang penuh tenaga: aksi brutal, karakter kuat, serta atmosfer gangster yang pekat. Ranveer Singh kembali membuktikan kapasitasnya sebagai aktor serba bisa, sementara Akshaye Khanna mencuri perhatian di banyak adegan.
Namun film ini juga penuh kelemahan: durasi terlalu panjang, alur bertumpuk, dan pesan politik yang sangat dominan. Bagi penonton yang mencari thriller espionase yang rapi, Dhurandhar mungkin terasa berat. Tapi bagi penyuka aksi brutal dan drama kriminal penuh intrik, film ini tetap layak masuk daftar tontonan apalagi bagian keduanya baru akan hadir di 2026.