Review Film Good Boy: Horor Menyentuh dari Sudut Pandang Seekor Anjing
Tim Teaterdotco - Kamis, 9 Oktober 2025 10:42 WIB
Film Good Boy (2025) hadir sebagai salah satu karya horor paling unik dan emosional tahun ini. Disutradarai oleh Ben Leonberg dalam debut panjangnya, film ini mengusung konsep yang jarang ditemukan di genre horor — kisah menegangkan yang diceritakan sepenuhnya dari sudut pandang seekor anjing bernama Indy, seekor Nova Scotia Duck Tolling Retriever yang menjadi bintang utama tanpa dialog.
Konsep Horor dari Perspektif Anjing
Berbeda dari kebanyakan film horor yang mengandalkan jumpscare atau twist berlebihan, Good Boy membangun ketegangan lewat sudut pandang makhluk yang polos dan setia. Semua kejadian menyeramkan di rumah tua kakek Todd (Shane Jensen) terlihat dari mata Indy. Kamera yang selalu berada sejajar dengan pandangan anjing membuat penonton ikut merasakan rasa takut, kebingungan, dan kepanikan dari perspektif makhluk tak berdaya yang hanya bisa menggonggong dan menatap.
Leonberg berhasil memanfaatkan kekuatan ekspresi alami anjing untuk menyampaikan emosi yang dalam tanpa dialog. Setiap gerakan kecil, tatapan mata, dan desahan napas Indy menjadi bahasa visual yang menggetarkan hati. Dalam satu adegan menegangkan, pantulan sosok misterius di bola mata Indy menjadi momen horor brilian yang sulit dilupakan — bukti kecerdasan sinematografi film ini.
Cerita Sederhana yang Sarat Makna
Plot Good Boy dimulai saat Todd pindah ke rumah peninggalan kakeknya di pinggiran hutan New Jersey. Bersama Indy, ia mencoba memulai hidup baru, namun rumah itu menyimpan rahasia kelam. Suara aneh, bayangan gelap, dan pengaruh supranatural mulai muncul, seiring kondisi Todd yang memburuk. Dari sinilah, film memperlihatkan bagaimana seekor anjing berusaha melindungi majikannya dari sesuatu yang tidak bisa ia pahami — atau mungkin dari dirinya sendiri.
Film ini bukan hanya soal hantu, melainkan tentang loyalitas dan kesedihan seekor hewan peliharaan. Leonberg menggambarkan bagaimana rasa cinta tanpa syarat bisa menjadi sumber ketakutan terbesar ketika harus menghadapi kehilangan. Good Boy menjadikan ketakutan sebagai metafora emosional, bukan sekadar sensasi visual.
Aksi dan Akting yang Menggugah
Meski memiliki pemain manusia terbatas, performa mereka sangat solid. Shane Jensen tampil apik sebagai Todd yang rapuh dan misterius, sementara Arielle Friedman sebagai Vera menambahkan nuansa keluarga yang retak. Namun, sorotan utama jelas jatuh pada Indy. Dikenal bukan sebagai anjing film profesional, Indy berhasil memancarkan emosi tulus yang mampu menandingi aktor manusia. Ia bahkan disebut “Daniel Day-Lewis versi anjing” oleh penonton di Letterboxd.
Produksi film ini memakan waktu lebih dari 400 hari — bukan karena kendala teknis, melainkan karena Leonberg menyesuaikan proses syuting dengan mood sang anjing. Hasilnya, setiap adegan terasa alami dan autentik. Dari segi teknikal, sinematografi Wade Grebnoel memanfaatkan pencahayaan lembut, bayangan tajam, dan sudut rendah yang memperkuat kesan terjebak dalam dunia kecil seekor anjing. Suara detak jantung, desahan angin, hingga napas berat Todd menjadi elemen audio yang menciptakan atmosfer mencekam.
Kelemahan dan Daya Tarik Emosional
Meski begitu, Good Boy bukan tanpa kekurangan. Dengan durasi singkat 73 menit, film ini terkadang terasa repetitif, terutama pada adegan “bumps in the night” yang berulang. Tidak ada penjelasan eksplisit soal asal-usul kekuatan jahat, sehingga sebagian penonton mungkin merasa bingung. Namun justru di situlah letak kekuatan film ini: Good Boy lebih memilih membiarkan ambiguitas berbicara, membuat kita bertanya-tanya apakah hantu itu nyata atau hanya refleksi dari stres dan kesedihan seekor anjing.
Kesimpulan: Horor yang Menghangatkan dan Menghancurkan Hati
Dengan pendekatan orisinal, sinematografi cerdas, dan performa luar biasa dari anjing bernama Indy, Good Boy berhasil menggabungkan rasa takut dan empati dalam satu paket sinematik yang langka. Film ini bukan hanya tontonan horor, tapi juga surat cinta untuk hewan peliharaan — pengingat bahwa kesetiaan bisa bertahan bahkan di tengah kegelapan.
Tayang di bioskop Indonesia mulai 8 Oktober 2025 di jaringan CGV dan Cinema 21, Good Boy layak ditonton oleh pencinta film horor maupun pecinta hewan. Bersiaplah untuk meneteskan air mata dan merasakan teror yang datang dari hati seekor anjing yang terlalu setia.