Review Film Hotel Sakura: Horor Psikologis dengan Nuansa Jepang
Reskia Ekasari - Selasa, 15 Juli 2025 09:42 WIB
Sudah bosan dengan hantu-hantu khas Indonesia? Sudah waktunya nonton film Hotel Sakura. Telah rilis 10 Juli 2025 kemarin, kamu bisa nonton film horror yang jauh dari jumpscare membosankan seperti konsep pada umumnya.
Sutradaranya adalah Krishto Damar dan Rudy Soedjarwo. Penulis naskahnya yakni Upi Avianto. Film ini, mengusung horor psikologis yang berlatar sejarah kelam penjajahan Jepang di Indonesia.
Uniknya, film horor ini tidak menggunakan hantu-hantu lokal seperti pocong atau kuntilanak yang sudah terasa overused. Mau tahu seperti apa film ini? Cek!
Apa yang Menarik dari Hotel Sakura Film?
Film Hotel Sakura, berkisah tentang Sarah (Clara Bernadeth) yang merupakan mahasiswi dalam bayang-bayang trauma setelah ia kehilangan ibunya. Lebih lanjut soal reviewnya, cek sini:
1. Mengaitkan antara Horror dengan Sejarah
Inspirasi film ini datang dari berbagai sumber, seperti pengakuan paranormal, catatan sejarah, bahkan sampai dengan hasil riset dari wartawan.
Sosok hantu yang mengganggu tokoh utamanya, memang merupakan sosok hantu Jepang yang jadi legenda urban di wilayah Semarang.
Ini sekaligus menjelaskan bahwa Hotel Sakura 2025, memberikan sajian horror yang segar. Jika di film horror di Indonesia kebanyakan membawa hantu lokal, film ini membawakan urband legend warga Semarang tentang hantu Jepang yang tentu, akan memberikan hasil berbeda.
Jadi, kalau kamu memang penasaran dengan tiga hal seperti sejarah, kisah horror, dan juga psikologis, maka ini adalah film yang bisa ditonton.
2. Punya Pendekatan Horor Psikologis yang Dalam
Sudah tentu, film ini tidak mengandalkan jumpscare murahan. Tapi, membangun ketegangan yang kuat melalui atmosfer sunyi serta emosi karakter.
Inspirasi dari horor Jepang era 90-an seperti Ju-On dan Ring terasa begitu kuat. Temponya lambat, dan ini berhasil membuat bulu kuduk jadi merinding secara perlahan.
Kemudian, ada sosok Setsuko yang merupakan hantu Jepang dalam film ini. Penulisnya, Avianto, bilang jika Setsuko ini merupakan simbol luka batin yang masih belum selesai di masa lalu.
3. Alur Film agak Lambat dan Membingungkan di Akhir
Meski memang banyak yang memuji hal seperti Hotel Sakura pemeran hingga kisahnya yang berbeda dari film horror kebanyakan, film ini juga punya kekurangan.
Ada penonton yang mengungkapkan jika alur film yang lambat itu justru jadi masalah. Pace yang sengaja sutradaranya buat lamban itu, membangun atmosfer yang mungkin kurang cocok kalau kamu tipe yang suka horor cepat atau banyak kejutan.
Konsep ritual spiritualnya pun kurang dapat penjelasan mendalam. Akhirnya, ini yang membuat penonton merasa meski sudah menonton hingga akhir, masih tersisa sejumlah pertanyaan. Tak heran jika banyak yang bilang bagian akhirnya membingungkan.
Walaupun begitu, Hotel Sakura tetap berhasil membawa sesuatu yang berbeda di industri film horor Indonesia. Soalnya, film ini menyajikan tontonan horror yang berkaitan dengan sejarah, tidak menggunakan hantu lokal, dan dengan kisah yang berbeda.
Apakah filmnya layak untuk kamu tonton? Sangat! Apalagi jika kamu tidak keberatan dengan film pace lambat.