Review Film Nobody, Ketika Siluman Kelas Bawah Menemukan Makna Hidup
Tim Teaterdotco - 6 jam yang lalu
Film animasi 2D asal China berjudul Nobody (2025) hadir sebagai angin segar di tengah dominasi animasi 3D global. Terinspirasi dari novel klasik Journey to the West karya Wu Cheng’en, film ini tidak mengikuti kisah heroik Sun Wukong dan rombongan Biksu Tang dari sudut pandang yang lazim. Sebaliknya, Nobody memilih perspektif tak terduga: para siluman rendahan yang selama ini hanya menjadi figuran dalam legenda besar.
Perspektif Baru dari Kisah Legendaris
Cerita Nobody berpusat pada empat siluman kecil, siluman babi, katak, musang, dan gorila yang hidup di lapisan terbawah dunia siluman. Mereka bukan tokoh kuat, bukan pula sosok penting. Justru karena status “bukan siapa-siapa” itulah, film ini menemukan kekuatannya.
Merasa lelah terus-menerus ditindas dan tak memiliki masa depan, Siluman Babi mencetuskan ide nekat: menyamar sebagai rombongan Biksu Tang dan melakukan perjalanan ke Barat lebih dulu demi meraih keabadian. Dengan kostum seadanya dan penyamaran yang nyaris konyol, keempat siluman ini memulai petualangan penuh risiko, humor, dan refleksi diri.
Komedi Absurd yang Sarat Makna
Ditulis oleh Yu Shui bersama Liu Jia, naskah Nobody bermain cerdas dengan humor absurd sekaligus komentar sosial. Film ini memotret realitas pahit kehidupan kelas bawah—kehilangan pekerjaan, sulitnya bertahan hidup, hingga rasa putus asa yang terasa sangat relevan dengan kehidupan modern, khususnya masyarakat urban.
Dialog para karakternya ringan, penuh kelakar, namun tetap manusiawi. Para siluman digambarkan tidak sempurna: sering bertengkar, salah mengambil keputusan, bahkan saling melukai. Justru dari ketidaksempurnaan itulah tumbuh proses pendewasaan dan solidaritas.
Visual Lukisan Bergerak yang Memukau
Salah satu kekuatan utama Nobody terletak pada aspek visualnya. Melibatkan lebih dari 600 seniman, film ini menggabungkan teknik lukisan tinta tradisional China dengan pendekatan animasi 2D modern. Hasilnya adalah visual bak lukisan hidup indah, hangat, dan sarat nuansa folklor.
Pegunungan, hutan, desa, hingga kuil kuno digambarkan dengan sapuan kuas yang ekspresif. Teksturnya terasa “tidak sempurna”, namun justru itulah daya tariknya. Di tengah arus animasi digital yang serba halus, Nobody tampil berani dengan identitas visual yang kuat.
Musik dan Suara yang Menghidupkan Emosi
Desain suara Nobody juga patut mendapat apresiasi. Perpaduan suara alam, instrumen tradisional China seperti seruling bambu dan xun, dengan orkestra Barat menciptakan atmosfer yang imersif. Musiknya mampu menguatkan humor, memperdalam emosi, dan mengiringi perjalanan batin para karakter dengan pas.
Lebih dari Sekadar Animasi Fantasi
Di balik kisah siluman dan dunia fantasi, Nobody menyampaikan pesan universal tentang nilai diri, keberanian, dan proses pemurnian batin. Film ini mengingatkan bahwa setiap individu—seberapa pun kecil dan tak terlihat memiliki perjalanan hidup yang bermakna.
Nobody bukan sekadar cerita mencari keabadian atau kitab suci, melainkan refleksi tentang bagaimana menghadapi kegagalan, ketidakadilan, dan rasa tidak dianggap, lalu tetap menemukan alasan untuk melangkah maju.
Dengan humor cerdas, visual artistik yang memikat, serta tema yang relevan lintas generasi, Nobody (2025) berhasil menjadi salah satu film animasi paling berkesan tahun ini. Film ini menegaskan bahwa menjadi “bukan siapa-siapa” bukanlah akhir segalanya justru bisa menjadi awal dari perjalanan menemukan makna hidup yang sesungguhnya.