Review Film Qorin 2: Gore Ekstrem dalam Balutan Drama Kelam
Tim Teaterdotco - 6 jam yang lalu
Qorin 2 kembali hadir menghantui layar lebar dengan konsep yang jauh lebih gelap dari film pertamanya. Meski membawa judul yang sama, film garapan Ginanti Rona dan penulis Lele Laila ini tidak memiliki keterkaitan langsung dengan Qorin (2022). Benang merahnya hanya satu: kemunculan jin yang menyerupai manusia, namun kali ini dibalut isu sosial yang lebih relevan, perundungan di lingkungan sekolah.
Menggandeng Rapi Films, IDN Pictures, Sky Media, hingga Legacy Pictures, film berdurasi 110 menit ini langsung memompa adrenalin sejak menit awal. Pendekatannya jauh lebih frontal dan berdarah, menghadirkan aroma slasher yang pekat tanpa jeda untuk bernapas.
Premis Baru yang Lebih Membumi: Dendam Seorang Ayah
Cerita Qorin 2 berfokus pada Makmur (Fedi Nuril), seorang pemulung yang hidup pas-pasan. Hidupnya runtuh saat mengetahui putranya, Jaya (Ali Fikry), menjadi korban bullying brutal di sekolah. Lebih parah lagi, pihak sekolah menutup mata demi menjaga nama baik.
Terpojok dan putus asa, Makmur mengambil keputusan kelam: memanggil jin qorin untuk menuntut balas. Kehadiran sosok berponco yang mengincar warga menjadi tanda awal bagaimana dendam keluarga ini memicu teror di desa.
Film ini tak hanya menampilkan horor fisik, tetapi juga membuka luka sosial yang sering luput dari perhatian. Qorin menjadi simbol dari kemarahan yang dipendam terlalu lama, kemarahan seorang ayah yang kehilangan harapan pada hukum dan sistem.
Aroma Slasher yang Kental dan Teror Tanpa Jeda
Berbeda dari film pertama yang lebih menekankan horor konvensional, Qorin 2 tampil lebih nekat dengan pendekatan slasher. Adegan gore disajikan tanpa kompromi sejak awal, membuat suasana langsung mencekam. Penggunaan elemen budaya lokal seperti suara karinding sukses memperkuat nuansa mistik pedesaan Jawa Barat.
Atmosfernya mengingatkan pada film slasher klasik seperti I Know What You Did Last Summer, tetapi dengan versi yang lebih kelam dan rooted pada kultur lokal.
Fedi Nuril dalam Performa Paling Gelapnya
Salah satu sorotan terbesar film ini adalah perubahan total Fedi Nuril. Lupakan karakter lembut yang selama ini melekat padanya. Dalam Qorin 2, Fedi tampil dingin, brutal, dan dipenuhi dendam. Ia memerankan Makmur yang dikuasai qorin dengan ekspresi tanpa emosi yang menggetarkan.
Para pemain muda seperti Ali Fikry, Muzakki Ramdhan, dan Gilang Devialdy juga memberi performa solid, membangun tensi alami dalam dinamika pelaku dan korban bullying.
Kritik Sosial Tajam dalam Balutan Horor
Qorin 2 bukan sekadar pesta darah. Film ini menyajikan kritik keras terhadap pembiaran kasus bullying, penyalahgunaan kekuasaan, serta ketidakadilan sistemik yang menekan masyarakat kecil. Penonton diajak menyaksikan bagaimana institusi pendidikan bisa menjadi tempat yang tidak aman bagi mereka yang lemah.
Di balik teror qorin, film ini mengangkat kegagalan sistem yang akhirnya melahirkan dendam tak berkesudahan.
Meski kuat di awal hingga pertengahan, bagian akhir Qorin 2 memicu perdebatan. Konflik Makmur terasa ditutup terlalu cepat, sementara nasib Jaya justru menyisakan kegelisahan karena ia seolah melanjutkan lingkaran dendam sang ayah. Ending menggantung ini bisa terasa getir, tetapi justru meninggalkan jejak emosional yang panjang.
Qorin 2 adalah paket lengkap horor yang lebih sadis, lebih berani, dan lebih relevan. Meski tidak sempurna, keberanian mengangkat isu bullying dengan pendekatan slasher menjadikannya salah satu horor Indonesia paling menonjol tahun ini.
Bagi penonton yang mencari horor berdarah dengan kedalaman cerita, film ini wajib masuk daftar tonton. Qorin 2 tayang di bioskop mulai 11 Desember 2025.
Jika ingin melihat Fedi Nuril dalam transformasi tergelapnya, film ini jawabannya.