Review Panggonan Wingit: Horor dengan Sinematografi yang Berkualitas

Baba Qina - Kamis, 30 November 2023 14:25 WIB
Review Panggonan Wingit: Horor dengan Sinematografi yang Berkualitas

Setelah Rumah Kentang: The Beginning yang dirilis pada tahun 2019 silam, rumah produksi Hitmaker Studios kembali mengangkat kisah urban legend yang berjudul Panggonan Wingit. Film Panggonan Wingit rupanya terinspirasi dari kisah nyata dari sebuah hotel angker di Semarang. Sementara itu, judul Panggonan Wingit sendiri diambil dari Bahasa Jawa yang artinya tempat angker atau keramat.

Film Panggonan Wingit berkisah tentang kamar di lantai tiga sebuah hotel yang tidak memiliki nomor. Siapa pun yang membuka pintu itu dan melihat sosok wanita berkulit putih serta berambut putih, hidupnya tidak akan selamat.
Sosok wanita itu kerap menyebutkan, “Telung dino, tengah wengi,” yang berarti "Tiga hari, tengah malam." Apabila ucapan itu diterima seseorang yang membuka kamar itu, dalam hitungan hari mereka akan mati dikuliti saat tengah malam.

Raina (Luna Maya) dan adiknya, Fey (Bianca Hello) mendapat warisan hotel itu dari sang ayah. Semakin lama, mereka perlahan menemukan banyak keganjilan di hotel tersebut. Salah satunya adalah adanya kamar yang dipercaya dihuni oleh sosok berambut dan berwajah putih tadi. Nyawa mereka berdua pun terancam setelah membuka pintu dan memasuki kamar tersebut. Teror dari entitas tak kasat mata pun menghantui hari-hari Raina dan Fey. Raina bersama seorang jurnalis yang juga mantan kekasihnya, Ardo (Christian Sugiono) mencari cara agar bisa selamat dari makhluk tak kasat mata tadi.

Harus diakui, Panggonan Wingit memiliki cerita yang amat lemah karena banyaknya lubang plot di setiap adegan. Konfliknya juga dimunculkan dengan sedemikian cepat. Baru hari pertama, kita semua sudah disuguhi oleh konflik yang kian membuncah. Jika saja sang sineas memunculkan adegan mencekamnya lebih lambat, niscaya plotnya akan memiliki daya tarik yang lebih kuat.

Alur kisahnya di banyak adegan juga terasa repetitif dengan trik horor yang berulang pula. Sungguh mengherankan, karena para karakternya seolah tidak mau belajar dari masalah yang terjadi sebelumnya. Di samping itu, walau keluarga dalam film ini diceritakan telah mengalami peristiwa yang begitu hebat, mereka seolah tetap tidak memiliki beban ataupun trauma. Ya, para karakter utama di dalam film ini tampak begitu santai dalam situasi yang mencekam sekalipun.

Tapi, di luar banyak lubang di sektor narasi serta karakternya tadi, harus diakui jika sinematografi dalam film ini sudah cukup mapan untuk membangun nuansa misterinya dengan beberapa sudut pengambilan gambarnya. Tata cahayanya pun sudah sesuai dengan mood yang ingin dibangun dan tetap enak dipandang. Efek suara seperti kelaziman di genre-nya pun sudah cukup baik dalam memberi efek kejutan di dalam banyak momennya.

Well, Panggonan Wingit sebenarnya memiliki tema urban legend yang menarik, menghibur, dan menegangkan. Tapi sayangnya harus dilemahkan oleh sisi kisahnya yang seringkali tak masuk akal dan terlalu dipaksakan. Dan pada akhirnya, pesan moralnya pun tak tersampaikan dengan baik ke para penontonnya.