Review Rego Nyowo: Kisah Tentang Kosan Angker di Malang

Yurinda - Senin, 4 Agustus 2025 09:19 WIB
Review Rego Nyowo: Kisah Tentang Kosan Angker di Malang

Rego Nyowo adalah karya terbaru dari Rizal Mantovani, merupakan adaptasi thread viral di platform X berjudul “Kosan Berdarah” karya Kelanara Studio. Diproduksi oleh Hitmaker Studios, film ini dipersiapkan untuk tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai 31 Juli, menampilkan atmosfer horor yang begitu dekat dengan realita kehidupan mahasiswa kos-kosan 

Kisah diawali saat Lena (Sandrinna Michelle) dan kakaknya Benhur (Ari Irham) pindah dari Jakarta ke Malang untuk menempuh pendidikan. Mereka menemukan kost murah milik pasangan Bu Astri (Diah Permatasari) dan Pak Wiryo (Erwin Moron), yang begitu hangat dan kekeluargaan. Setiap minggu, Bu Astri selalu mengajak seluruh penghuni kos untuk berkumpul dan makan bersama, menciptakan suasana seolah rumah kedua

Namun, nuansa nyaman justru berubah mencekam ketika salah satu penghuni mengalami mimpi seram, melihat pocong tergantung. Tak ada yang percaya awalnya, hingga Lena sendiri mulai dihantui kejadian serupa. Teror demi teror pun mulai bermunculan, membuka tabir kelam yang menyelimuti kos itu: harga sewa ternyata adalah “nyawa” bagi beberapa penghuni.

Film ini hadir dengan pemain papan atas. Selain Sandrinna Michelle dan Ari Irham, ada pula Cassandra Lee, Rayensyah Rassya, Zayyan Shaka, Zoe Jireh, Zasa Zefanya, Michael Russel, hingga Sinyo Riza. Surradara Rizal Mantovani sangat lekat dengan estetika horor Indonesia, mengarahkan Rego Nyowo agar terasa autentik dan penuh ketegangan, mengusung sinematografi gelap dengan efek jumpscare yang tajam. 

Lokasi syuting di kota Malang, Jawa Timur, memberikan nuansa sejuk dan misterius yang makin menyatu dengan tema kosan mahasiswa. Sentuhan lokal ini memperkuat keterikatan penonton dengan latar cerita yang sangat urban dan dekat dengan kehidupan sehari-hari mahasiswa di kota tersebut. 

Dari segi narasi, Rego Nyowo memegang premis kuat yang sangat berkaitan dengan kehidupan: kost murah ternyata memiliki konsekuensi mistis yang fatal. Ide “harga nyawa” dan pocong gantung menjadi simbol ancaman nyata yang tak terduga. 

Namun, beberapa pengamat film juga menyebutkan bahwa film ini terasa kurang mulus dalam eksekusinya. Plot terasa terburu-buru di bagian klimaks dan beberapa keputusan tokoh menimbulkan kebingungan, mengapa mereka tetap tinggal meski mengetahui tempat itu angker? Ini sempat mengundang kritik soal logika cerita yang kurang rapi. 

Meski begitu, atmosfer film mendapat pujian. Visual gelap khas Rizal Mantovani dan desain makhluk gaib pocong dibuat dengan detail, ditambah efek suara dan musik yang mendukung ketegangan malam hari di kos-kosan, semua menyatu menjadi pengalaman horor yang intens.

Rego Nyowo adalah sajian horor terkini yang memadukan cerita viral dengan suasana kosan mahasiswa yang akrab. Film ini mengajak penonton menelusuri rahasia kelam di balik kehangatan kos murah di Malang. Dengan visual menegangkan, pocong yang menyeramkan, dan premis “kos harga nyawa”, Rego Nyowo menghadirkan ketegangan lokal yang segar.

Meski pacing dan beberapa bagian cerita terasa kurang detail, film ini tetap menawarkan pengalaman horor seru, terutama untuk pecinta genre supranatural lokal. Cocok dinikmati bagi yang ingin merasakan teror terjangkau tapi membekas.