Review Rest Area: Saat Perjalanan Malam Jadi Mimpi Buruk

Tim Teaterdotco - Minggu, 5 Oktober 2025 10:38 WIB
Review Rest Area: Saat Perjalanan Malam Jadi Mimpi Buruk

Film Rest Area garapan Mahakarya Pictures resmi tayang di bioskop mulai 2 Oktober 2025. Disutradarai sekaligus ditulis oleh Aditya Testarossa, film ini mencoba keluar dari pakem horor Indonesia yang biasanya hanya mengandalkan jumpscare dan hantu klasik. Alih-alih, Rest Area mengusung genre teen-slasher dengan bumbu kritik sosial tentang kelas menengah atas, mafia tanah, hingga dosa orang kaya baru.

Kisahnya berpusat pada lima remaja crazy rich yang sedang melakukan perjalanan malam. Setelah tanpa sengaja menabrak seseorang, mereka terjebak di sebuah rest area terpencil. Bukannya jadi tempat istirahat, lokasi tersebut justru berubah jadi arena teror saat Hantu Kresek — sosok roh berwajah tertutup plastik hitam — muncul untuk menagih balas dendam.

Didukung Cast Berbakat

Nama-nama populer seperti Lutesha, Chicco Kurniawan, Ajil Ditto, Julian Jacob, hingga Lania Fira ikut memperkuat film ini. Chemistry antar pemain sebenarnya cukup terasa, bahkan Lutesha dan Chicco dianggap menjadi motor penggerak film. Sayangnya, akting solid mereka belum cukup menutupi kelemahan terbesar film: naskah yang lemah dan arah cerita yang tidak konsisten.

Terlalu Banyak Ide, Eksekusi Kurang Matang

Secara konsep, Rest Area terdengar menjanjikan. Slasher dengan bumbu satire sosial adalah kombinasi yang jarang diangkat di perfilman Indonesia. Namun masalah muncul saat ide besar itu dituangkan ke dalam cerita. Dialog dangkal, motivasi karakter yang tipis, dan plot twist membingungkan membuat pesan sosial yang ingin disampaikan jadi kabur.

Alih-alih menegangkan, beberapa adegan justru terasa absurd dan mengundang tawa, misalnya saat salah satu karakter ditarik ke dalam toilet. Hal-hal seperti ini membuat film lebih cocok disebut horor-komedi tak sengaja ketimbang slasher serius.

Visual dan Horor yang Terasa Generik

Secara teknis, sinematografi dan efek horor Rest Area masih berada di level aman. Tidak buruk, tapi juga tidak meninggalkan kesan mendalam. Adegan-adegan teror banyak mengulang pola horor lokal seperti teleportasi hantu, kesurupan, hingga time looping. Akibatnya, atmosfer mencekam yang seharusnya jadi kekuatan film terasa hambar.

Layak Tonton atau Lewat Saja?

Rest Area adalah film horor yang penuh potensi namun tidak dieksekusi maksimal. Ia mencoba memberi warna baru pada genre slasher dengan memasukkan isu sosial, tapi naskah yang berantakan membuat pesannya kehilangan arah. Bagi penonton yang ingin menikmati akting Lutesha dan Chicco Kurniawan, film ini masih bisa jadi pilihan tontonan ringan. Namun, jika mencari horor dengan cerita solid, intens, dan kritik sosial yang tajam, Rest Area mungkin bukan jawabannya.