Review Saat Menghadap Tuhan: Berani Angkat Isu yang Sensitif

Baba Qina - Sabtu, 8 Juni 2024 15:41 WIB
Review Saat Menghadap Tuhan: Berani Angkat Isu yang Sensitif

Rumah Produksi rintisan Rudi Soedjarwo yang bernama RexCorp baru saja merilis film terbarunya yang berjudul Saat Menghadap Tuhan. Film ini sendiri merupakan film pertama RexCorp, yang juga merupakan debut dari 5 bakat baru, yakni Rafi Sudirman, Abielo Parengkuan, Denisha Wahyuni, Dede Satria, dan Cindy Sebastiani.

Film Saat Menghadap Tuhan bercerita tentang Damar (Rafi Sudirman) yang berjuang dari trauma masa kecil dan kemarahan akibat kasus pembunuhan ayahnya. Sedangkan Gito (Abielo Parengkuan), anak dari keluarga broken home yang menghadapi perundungan karena kurangnya komunikasi dengan orang tuanya.

Lalu kita juga akan diperkenalkan dengan tokoh Nala (Denisha Wahyuni) dan Maya (Cindy Sebastiani) yang sedang berusaha bertahan di tengah kekerasan domestik hingga kekerasan seksual di dalam rumahnya, sementara Marlo (Dede Satria) menjadi perundung karena didikan keras ayahnya. Kisah-kisah mereka pada dasarnya mencerminkan isu-isu yang umum terjadi di masyarakat Indonesia saat ini.

Ya, sisi gelap sifat manusia yang berlindung di balik rasa keresahan terhadap isu-isu sensitif kekerasan seksual yang terang-terangan disuarakan lewat derita trauma dan kekerasan badan serta kehidupan sosial, tertera sangat nyata di film ini. Rudi Soedjarwo selaku sutradara memang terasa mengecam dengan sangat keras manusia-manusia lewat bentuk-bentuk visual di film ini.

Menonton Saat Menghadap Tuhan entah mengapa membuat penulis seketika mengembalikan vibe percampuran antara film 9 Naga dan Mengejar Matahari. Betapa rindunya penulis akan idealisme seorang Rudi Soedjarwo yang seperti ini. Meski tetap memiliki beberapa catatan, tetapi penulis amat senang ketika seorang Rudi Soedjarwo seperti telah kembali ke jalan yang benar sebagai filmmaker.

Seperti yang sudah disinggung di atas tadi, dalam mengangkat isu yang berani dan sensitif, Rudi cukup berhasil melempar kritik dan sindiran yang begitu verbal, baik mengenai sosial, dinamika hubungan keluarga dan persahabatan, serta membangun ketegangan dalam tensi penceritaannya. Meski ada beberapa kelemahan di sektor dialog yang entah kenapa dibuat sangat bertele-tele.

Beruntungnya, Rudi Soedjarwo memiliki aktor-aktor yang meski debutan, tapi overall bermain cukup baik. Highlight terbesar patut disematkan pada Rafi Sudirman yang bermain paling menonjol di sini. Diberi kesempatan sebagai pemeran utama, dia terlihat tidak menyia-nyiakan hal tersebut. Sepanjang film, sorot matanya penuh kaya rasa, meyakinkan kita semua bahwa dia bisa menjadi salah satu aktor hebat Indonesia berikutnya asalkan dia mampu konsisten dan mau terus mengembangkan diri.

Pada akhirnya, film Saat Menghadap Tuhan seakan ingin mengajak masyarakat untuk lebih sadar dan terbuka dalam membicarakan berbagai bentuk kekerasan dan trauma. Setelah menonton, kita pastinya berharap bahwa film ini dapat menjadi pemantik dialog kritis dan mendorong penontonnya untuk berani vokal serta memutus rantai trauma antar generasi.