Review Weapons: Hilangnya 17 Anak yang Penuh Misteri
Tim Teaterdotco - Senin, 11 Agustus 2025 09:43 WIB
Weapons, karya terbaru Zach Cregger, adalah horor misteri yang memadukan rasa penasaran dengan ketegangan yang mencekam. Kisahnya dimulai di kota kecil Maybrook, tempat 17 anak yang berasal dari satu kelas menghilang secara misterius.
Semua berawal pada pukul 02:17 dini hari, saat mereka bangun bersamaan, keluar dari rumah, dan tak pernah kembali. Hanya satu anak, Alex Lilly, yang tetap tinggal. Dari sinilah teka-teki mulai terurai, tetapi dengan cara yang perlahan dan penuh jebakan.
Salah satu daya tarik dari film ini adalah alur ceritanya. Film dibagi menjadi enam babak, masing-masing menyorot sudut pandang tokoh yang berbeda. Ada Justine Gandy, seorang guru yang dihantui rasa bersalah, Archer Graff, ayah dari salah satu anak yang menghilang, seorang polisi yang mencoba mengurai misteri, hingga Alex sendiri, yang tampak tenang tapi menyimpan rahasia besar.
Setiap babak memberikan potongan cerita yang saling terkait, tetapi tidak langsung memberi jawaban, membuat penonton terus menebak-nebak. Cregger membuat suasana kota kecil yang tenang tapi penuh ancaman tersembunyi. Jalan-jalan sepi, rumah-rumah rapi, dan senyapnya malam menjadi latar yang efektif untuk menanamkan rasa gelisah.
Keheningan ini sering pecah dengan suara-suara kecil, pintu berderit atau langkah kaki samar yang justru lebih menakutkan daripada teriakan atau efek suara berlebihan. Sinematografinya rapi, memanfaatkan cahaya redup dan sudut sempit untuk memperkuat rasa terjebak.
Selain itu, para pemeran juga tampil meyakinkan. Julia Garner membawakan Justine dengan perpaduan kelelahan dan kecemasan, seolah setiap gerakannya menanggung beban masa lalu. Josh Brolin, sebagai Archer, menghadirkan amarah yang tertahan dan kesedihan yang menusuk.
Cary Christopher, si pemeran Alex, menampilkan wajah polos yang sulit ditebak, apakah dia korban atau bagian dari misteri itu sendiri. Amy Madigan sebagai Gladys, bibi Alex, mencuri perhatian dengan pesona gelapnya, seolah menyembunyikan sesuatu yang jauh lebih berbahaya.
Seiring cerita berjalan, terungkap bahwa Gladys memakai sihir gelap untuk mengendalikan anak-anak dan orang di sekitar Alex. Barang-barang pribadi mereka, pohon tua di halaman, dan mantra-mantra kuno menjadi alatnya. Konflik mencapai puncak ketika Alex berbalik melawan sang bibi, mematahkan kutukan, dan memicu amukan anak-anak yang membunuh Gladys dengan cara brutal.
Meski kejahatan itu berakhir, kota tidak pernah kembali normal. Bekas trauma tetap ada, meninggalkan penonton dengan rasa tidak nyaman. Weapons bukan horor yang hanya mengandalkan jump scare. Film ini lebih banyak bermain di ranah psikologis, membiarkan ketegangan tumbuh perlahan hingga klimaks.
Namun, bagi sebagian orang, pergeseran cerita dari misteri realistis ke unsur supernatural di bagian akhir mungkin terasa terlalu mendadak. Meski begitu, Cregger berhasil menjaga rasa penasaran hingga detik terakhir.
Weapons adalah film yang mengajak penontonnya masuk ke dunia yang tampak biasa, lalu perlahan mengungkap kegelapan di baliknya. Film ini membuat semua orang bertanya: seberapa baik kita sebenarnya mengenal orang di sekitar kita, dan rahasia apa yang mereka sembunyikan?