Review Yakin Nikah: Antara Cinta, Tekanan Sosial, dan Pilihan Hidup yang Sulit
Tim Teaterdotco - Jumat, 10 Oktober 2025 09:38 WIB
Film Yakin Nikah karya sutradara Pritagita Arianegara menghadirkan kisah romansa yang hangat sekaligus reflektif. Dibungkus dengan genre drama komedi romantis, film ini bukan sekadar tentang cinta segitiga, tapi juga tentang tekanan sosial, ekspektasi keluarga, dan keberanian menentukan jalan hidup sendiri.
Diproduksi oleh Adhya Pictures dan dikembangkan oleh Imajinari, Yakin Nikah menghadirkan Enzy Storia, Maxime Bouttier, dan Jourdy Pranata dalam peran utama. Film ini mulai tayang di bioskop seluruh Indonesia pada 9 Oktober 2025.
Sinopsis: Cinta di Persimpangan Jalan
Cerita berpusat pada Niken (Enzy Storia), perempuan karier yang mandiri, rasional, tapi kerap rapuh di hadapan tekanan keluarga dan cinta. Hidupnya terlihat stabil bersama sang kekasih, Arya (Maxime Bouttier), pria mapan dan tenang. Namun, segalanya berubah ketika Gerry (Jourdy Pranata), mantan kekasih dari masa lalu, kembali hadir dan memicu dilema batin yang tak terelakkan.
Tekanan datang bukan hanya dari perasaan, tetapi juga dari keluarga. Orang tua Niken — diperankan Tora Sudiro dan Ersa Mayori — menjadi cerminan benturan nilai antara generasi modern dan tradisional. Sang ibu menuntut agar Niken segera menikah, sementara sang ayah lebih lembut dan mendukung pilihan anaknya. Ketegangan ini memperkaya lapisan konflik, menjadikannya lebih dari sekadar kisah cinta biasa.
Isu yang Dekat dengan Realitas: Tradisi vs Kebebasan
Salah satu kekuatan Yakin Nikah terletak pada cara film ini menggambarkan realitas sosial Indonesia. Dalam budaya yang masih memegang kuat tradisi pernikahan, tekanan untuk menikah di usia tertentu sering kali menimbulkan dilema. Fenomena “dilangkahi adik” bahkan menjadi salah satu isu yang diangkat dengan cerdas dan relevan.
Film ini menunjukkan bagaimana nilai lama masih membayangi generasi muda yang berpikiran lebih bebas. Pritagita Arianegara berhasil menempatkan konflik ini dalam konteks modern tanpa menggurui. Dialog dan situasi terasa alami — penonton bisa dengan mudah merasa “terwakili” oleh kegelisahan Niken.
Akting yang Natural dan Chemistry yang Kuat
Enzy Storia tampil memukau sebagai Niken. Ia membawa karakter yang tidak sepenuhnya “disukai,” tapi terasa nyata. Niken bisa egois, penuh kebimbangan, bahkan berbohong — namun justru di situlah kekuatannya. Ia adalah potret perempuan masa kini yang berani, tapi juga takut membuat keputusan salah.
Chemistry antara Enzy, Maxime, dan Jourdy terasa hidup tanpa perlu dibuat-buat. Arya tampil sebagai pasangan ideal yang logis tapi sibuk, sementara Gerry menghadirkan nostalgia masa lalu yang sulit ditolak. Kombinasi keduanya menciptakan ketegangan emosional yang membuat penonton ikut menebak-nebak siapa yang akan Niken pilih.
Performa Tora Sudiro sebagai ayah juga menjadi sorotan. Dengan humor khasnya, ia menjadi penyeimbang di tengah konflik berat. Ersa Mayori menghadirkan figur ibu yang keras kepala, tapi di balik itu tersimpan kasih sayang tulus — membuat hubungan keluarga Niken terasa nyata dan penuh dinamika.
Sinematografi Hangat dan Musik yang Menggugah
Dari sisi visual, Yakin Nikah menampilkan warna-warna lembut dan pencahayaan natural yang memperkuat nuansa hangat film. Latar kehidupan urban Jakarta digambarkan dengan detail realistis, sementara tata musiknya memperkaya emosi setiap adegan.
Soundtrack dari Maliq & D’Essentials, Salma Salsabil, Jaz, Aruma, hingga Nadhif Basalamah menjadi elemen penting yang membuat penonton larut dalam suasana — romantis, lucu, sekaligus reflektif.
Yakin Nikah bukan sekadar kisah cinta segitiga yang manis. Film ini menyentuh persoalan lebih dalam tentang ekspektasi, kejujuran, dan keberanian untuk memilih jalan sendiri.
Dengan penyutradaraan sensitif, akting solid, dan humor yang tidak berlebihan, Pritagita Arianegara menghadirkan film rom-com yang tidak hanya menghibur, tapi juga menggugah pikiran.
Jika kamu mencari tontonan ringan namun bermakna, Yakin Nikah adalah pilihan tepat — reflektif, hangat, dan sangat relatable bagi siapa pun yang pernah berada di persimpangan antara cinta dan kewajiban.