Review Film Jomblo Fi Sabilillah: Berikan Pengetahuan Soal Pernikahan dari Sudut Pandang Agama

Baba Qina - Jumat, 15 September 2023 18:06 WIB
Review Film Jomblo Fi Sabilillah: Berikan Pengetahuan Soal Pernikahan dari Sudut Pandang Agama

Fakta baru di balik sebuah pilihan atau suatu prinsip hidup, hukum keagamaan, kemanusiaan, dan harga diri adalah poin-poin utama dalam setiap film arahan Jastis Arimba, termasuk Jomblo Fi Sabilillah ini. Malahan, selalu ia juga yang menulis skenarionya, yang kali ini dibantu oleh Asma Nadia dan Hayati Ayatillah.

Secara keseluruhan, film Jomblo Fi Sabilillah mengisahkan tentang 4 orang sahabat, yakni Ali (Adhin Abdul Hakim), Anton (Mario Irwinsyah), Imron (Masaji Wijayanto), dan Yusuf (Ricky Harun) yang keempatnya masih jomblo. Ali yang ternyata mengidap venustraphobia (gangguan mental yang menyebabkan penderitanya panik saat bertemu dengan lawan jenis) didesak oleh ayahnya, yakni Babe Hasan (Humaidi Abas) untuk segara menikah.

Babe Hasan khawatir jika putra semata wayangnya itu disorientasi dan menjadi tidak tertarik oleh lawan jenis. Karena itu, Babe Hasan memaksa Ali untuk segara menikah dalam waktu 1 bulan. Karena Ali merasa kesulitan, ia langsung meminta bantuan dari ketiga sahabatnya untuk mencarikan jodoh baginya. Padahal, sahabatnya juga juga sedang jomblo alias jomblo fi sabilillah.

Bahkan, Yusuf diketahui juga sedang berjuang mendapatkan wanita cantik jelita yang telah ia kagumi dan cintai dalam diam. Saat sedang berjuang, Ali pun menemukan beberapa wanita dengan latar belakang beragam, salah satunya Annisa (Nabilah Ratna Ayu). Annisa menjadi salah satu wanita yang terikat dengan trauma yang dialami Ali. Apakah Ali dan ketiga sahabatnya bisa menemukan jodohnya?

Tidak ada ekspektasi yang terlalu muluk-muluk saat melihat film ini. Karena film-film karya Jastis Arimba sebelum ini pun tak jauh berbeda. Tampaknya, Jastis perlu banyak belajar dari kerapihan seorang sutradara Indonesia lainnya yang bernama Danial Rifki. Meski ciri khas keduanya sama-sama sering mengangkat topik-topik seputar Islam dalam film, tapi kualitas Danial tentu jauh berada di atas Jastis.

Film Jomblo Fi Sabilillah tak diragukan lagi merupakan film dengan gaya sinetron yang selama ini telah banyak ditayangkan di TV-TV swasta tanah air, yang dipindahkan ke medium layar lebar. Walau beberapa trik filmis coba diterapkan melalui aspek sinematik, tetapi naratif yang telah sedari awal terluka lalu menjadikan film ini lebih baik tayang di layar kaca untuk tujuan edukasi syariat agama Islam semata.

Beberapa shot seperti lanskap di beberapa lokasi ataupun close up sebagai transisi, pemilihan setting, efek-efek komedik serta dramatisasi situasi yang digunakan, dan akting para pemainnya benar-benar tidak membantu apa-apa, karena kecacatan naratifnya tadi. Bahkan ada banyak shot berisi adegan yang sama sekali tidak penting dan muncul tanpa diharapkan, sebab tidak ada kaitannya dengan apa yang sedang diceritakan.

Luka yang sudah dialami pada awal cerita, bukannya berusaha disembuhkan lalu bekasnya dihilangkan melalui sajian naratif yang baik, malah semakin menganga dari plot ke plot, adegan ke adegan, konflik ke konflik. Sejumlah besar adegan bermuatan sindiran pun terkesan sangat dipaksakan, sampai-sampai memakan durasi yang panjang. Mulai dari sindiran bertema ajaran agama sampai perilaku manusia, norma, sikap serta sisi lugu dan polos dari beberapa karakternya.

Pada akhirnya, tidak ada informasi baru yang patut disimpan dalam ingatan seusai menonton film ini, kecuali pengetahuan mengenai pernikahan dari sudut pandang agama. Hanya itulah yang sekiranya memang perlu dipahami oleh segmentasi film ini, serta sebagai semacam kritik terhadap dampak sikap dan pilihan hidup seorang ayah terhadap anaknya.