Review Film Narik Sukmo: Tarian yang Berubah Menjadi Kutukan

Yurinda - Senin, 7 Juli 2025 09:42 WIB
Review Film Narik Sukmo: Tarian yang Berubah Menjadi Kutukan

Bayangkan sebuah tarian bukan sekadar gerak tubuh yang anggun, melainkan menjadi salah satu akses yang menuju kematian. Itulah premis mengerikan yang ditawarkan Narik Sukmo, film horor terbaru garapan Indra Gunawan yang rilis di bioskop Indonesia pada 3 Juli 2025. Terinspirasi dari novel laris buah karya Dewie Yulliantina Sofia, film ini menyuguhkan teror yang dibalut unsur budaya Jawa yang kental disertai dengan ketegangan yang tumbuh perlahan di tengah nuansa desa yang misterius.

Cerita pada film ini berpusat pada Kenara Cahyaningrum, seorang penari muda yang diperankan Febby Rastanty. Ia datang ke Desa Kelawangin bersama sahabatnya, Ayu, untuk menyusun tugas akhir. Tapi sejak kedatangannya, ia justru dihantui mimpi-mimpi aneh tentang tarian yang tak pernah ia pelajari, dan sosok berwajah gelap yang seakan ingin menarik jiwanya keluar dari raga. 

Semakin tak masuk akal, tubuh Kenar lalu mulai menari sendiri dalam tidur, mengikuti irama tak terdengar, seolah ada kekuatan tak kasatmata yang mengendalikannya. Faktanya, di desa tersebut, masyarakat menyimpan rahasia kelam yang tidak lagi banyak dibicirakan, yaitu legenda tentang Tarian Narik Sukmo. 

Dahulu kala, dua orang penari sakti bernama Banyu dan Ratimayu, pernah mementaskan tarian tersebut, yang justru berubah menjadi sebuah bencana. Konon, tarian itu bukan sekadar pertunjukan seni, tapi ritual pemanggilan arwah. Apabila tarian dilakukan sembarangan, dampak nyatanya adalah bisa membawa kematian. Kenar tanpa sadar menjadi bagian dari lingkaran kutukan tersebut.

Namun, film Narik Sukmo tidak hanya menjual ketegangan supranatural. Film tersebut juga menggambarkan dinamika masyarakat desa yang terbelah dalam dua kubu kekuasaan. Di tengah kekacauan dan teror yang cukup mencekam itu, hubungan Kenar dengan Dierja, seorang pemuda lokal yang diperankan Aliando Syarief, memberikan nuansa romansa yang menyentuh sekaligus tragis.

Tidak hanya itu, penonton juga akan disuguhkan atmosfer visual yang kuat dengan latar alam pedesaan yang tenang tetapi sangat mencekam. Proses syuting dilakukan di hutan Wonagama, Yogyakarta, yang konon penuh energi spiritual. Bahkan, Febby Rastanty mengaku sempat mengalami pengalaman mistis selama proses produksi, seperti melihat bayangan asing saat pengambilan gambar dini hari.

Dengan akting yang sangat memukau dari para pemeran pendukung seperti Teuku Rifnu Wikana, Kinaryosih, dan Unique Priscilla, film Narik Sukmo menyajikan cerita horor yang bukan sekadar menakut-nakuti. Film ini mengupas trauma, warisan budaya, dan cara masyarakat menghadapi masa lalu yang kelam. 

Bagi penyuka film horor yang sarat dengan budaya Jawa yang penuh hal mistis, film Narik Sukmo menjadi salah satu pilihan yang sangat menarik. Tidak sebatas cerita dan mengerikan, film ini juga menawarkan cerita budaya Jawa yang kental. Film ini secara serentak rilis di bioskop Indonesia pada 3 Juli. Selamat menonton!