Review Janin Iblis Neraka: Ketika Rumah Baru Berubah Menjadi Mimpi Buruk

Baba Qina - Sabtu, 14 Oktober 2023 13:30 WIB
Review Janin Iblis Neraka: Ketika Rumah Baru Berubah Menjadi Mimpi Buruk

Bicara ihwal horor mistis dan supranatural dengan ilmu hitam dan aliran sesat sudah menjadi tema pasaran di antara banyak sekali film horor di Indonesia. Begitu pula dengan Janin Iblis Neraka arahan Joko Nugroho ini. Dikenal sebagai sutradara beragam FTV di Indonesia, kini Joko mencoba peruntungannya di ranah horor layar lebar. Berhasilkah?

Janin Iblis Neraka berkisah tentang pasangan muda bernama Randika (diperankan oleh Samuel Rizal) dan Ranti (diperankan oleh Aliyah Faizah) yang baru saja pindah ke rumah baru yang telah mereka beli bersama. Sejak tinggal di rumah baru tersebut, Ranti seringkali mengalami mimpi-mimpi aneh yang seolah memberikan petunjuk di dalam kehidupan nyata.

Ranti juga sering kali mengalami berbagai peristiwa yang tidak biasa. Kejadian tidak biasa tersebut dimulai dari munculnya kucing hitam yang misterius, kedatangan seorang pria yang tampak kurang beruntung bernama Galang, hingga mencapai puncaknya ketika Ranti mengumumkan bahwa ia sedang hamil.

Akan tetapi, yang membingungkan adalah bahwa Randika justru menunjukkan perasaan negatif terhadap bayi yang akan dilahirkan oleh Ranti. Kehadiran makhluk astral yang ingin memiliki keturunan ini, didukung oleh antek-anteknya yang berwujud manusia, bekerja bersama untuk mengganggu kedamaian dalam hubungan Randika dan Ranti. Lantas, apakah Randika dan Ranti dapat menjaga keutuhan pernikahan mereka?

Sungguh disayangkan, karena naskah Janin Iblis Neraka benar-benar terlihat hancur hingga tak bisa dinikmati sama sekali. Terdapat banyak lubang plot dan subplot-subplot paksaan yang sulit ditoleransi oleh kita sebagai penontonnya. Dari sekian banyak film horor yang telah tayang tahun ini, Jin Iblis Neraka jelas adalah salah satu yang terburuk.

Lihat saja, latar belakang dan motif dari setiap iblis yang menghantui rumah tangga Randika dan Ranti tak terjelaskan hingga film usai. Masih ada beragam pertanyaan lagi soal plot cerita film ini, karena logika cerita yang dibangun oleh Janin Iblis Neraka amatlah semrawut. Belum lagi film ini seperti ingin membangkitkan trend film esek-esek yang menghiasi perfilman tanah air di sekitar tahun 2000-an awal.

Samuel Rizal pun seperti terjebak dan tak mampu menampilkan performa terbaiknya lantaran masalah naskah tadi. Ya, menonton film ini membuat kita menjadi berandai-andai, jangan-jangan para pemainnya hanya disodorkan sinopsis ceritanya saja, tanpa skenario yang lengkap. Para pemain seperti sedang ditodong oleh sang sutradara untuk berimprovisasi sepanjang film.

Belum lagi ketika berbicara sinematografi dan editingnya, semua dieksekusi secara kasar. Banyak sekali transisi yang justru semakin memperparah kerusakan naskahnya. Perpindahan dari satu scene ke scene berikutnya kerap kali tak mulus. Alhasil, rangkaian cerita Janin Iblis Neraka layaknya cuplikan-cuplikan belaka yang hanya melompat-lompat dari satu kejadian ke kejadian lainnya.

Maaf seribu maaf, karena pada akhirnya tidak ada yang bisa dipetik sama sekali dari menonton film ini. Dengan beragam masalah yang serius, baik naskah maupun estetikanya, menonton Janin Iblis Neraka lagi-lagi hanya membuat kita bernostalgia dan kembali ke medio 2000-an, tatkala film horor berbumbu erotis merusak kualitas perfilman tanah air kala itu. Tidak lebih.