Review Pengin Hijrah: Perjalanan Spiritual dan Cinta yang Mengaduk Emosi

Film Pengin Hijrah resmi tayang di bioskop mulai 30 Oktober 2025. Karya adaptasi dari novel populer tulisan Hengki Kumayandi ini menghadirkan kisah menyentuh tentang perjuangan seorang perempuan dalam menemukan makna perubahan sejati. Meski dibalut dalam nuansa drama religi, film ini tak hanya menyoroti sisi keagamaan, tetapi juga luka, cinta, dan proses kebangkitan diri yang sangat manusiawi.

Perjalanan Hidup Seorang Alina

Alina, diperankan oleh Steffi Zamora, digambarkan sebagai gadis muda asal Belitung dengan impian besar. Namun, hidupnya berubah drastis saat badai ujian datang silih berganti. Keluarganya terlilit utang, rumah tangga orang tuanya hancur, dan kepercayaan dirinya runtuh setelah kekasihnya, Joe, mengkhianatinya dengan menyebarkan foto pribadi di media sosial.

Tragedi itu membuat Alina kehilangan segalanya. Ia gagal mendapatkan beasiswa, martabatnya jatuh, dan ia dijauhi oleh orang-orang yang dulu mendukungnya. Di tengah keterpurukan, hadir sosok Omar, pria berhati lembut yang tulus ingin mengenalnya lebih dalam. Namun, luka masa lalu membuat Alina menutup diri. Ketika ia mulai berani membuka hati, Omar justru menghilang tanpa jejak.

Makna Hijrah yang Lebih Dalam

Film Pengin Hijrah menyajikan makna hijrah yang luas dan relevan dengan kehidupan masa kini. Hijrah dalam film ini bukan hanya soal penampilan atau ritual keagamaan, melainkan perjalanan spiritual untuk bangkit, memaafkan masa lalu, dan menemukan kedamaian batin. Melalui kisah Alina, penonton diajak merenung: sudahkah kita benar-benar memahami arti hijrah dalam hidup kita?

Dari sisi visual, film ini tampil memukau. Keindahan alam tropis Belitung dan panorama Uzbekistan disajikan dengan sinematografi yang indah. Perpaduan latar tempat tersebut menggambarkan perjalanan batin Alina yang perlahan menemukan kembali arah hidup dan ketenangan dalam dirinya.

Dukungan Aisyah dan Nilai Persahabatan

Salah satu karakter yang menonjol dalam film ini adalah Aisyah, teman kuliah Alina yang kini sukses sebagai desainer busana muslim. Aisyah menjadi sosok penting dalam perjalanan hijrah Alina. Ia memberikan pekerjaan, semangat baru, dan bahkan mengajaknya hingga ke Uzbekistan. Melalui karakter Aisyah, film ini menunjukkan bahwa proses hijrah tidak selalu dilakukan sendirian. Terkadang, Tuhan mengirimkan seseorang untuk menuntun kita ke jalan yang lebih baik.

Meski begitu, karakter Aisyah terasa kurang mendapatkan porsi layar yang memadai. Padahal, perannya cukup vital dalam memperkuat pesan moral film ini tentang makna persahabatan dan dukungan dalam proses perubahan diri.

Antara Cinta, Penerimaan Diri, dan Takdir

Bagian paling emosional dari film ini terjadi ketika Alina kembali dipertemukan dengan Omar di Uzbekistan. Namun, kebahagiaan itu tak bertahan lama. Cinta mereka ditolak oleh nenek Omar yang menganggap masa lalu Alina tidak pantas bagi keluarga mereka. Di titik ini, Alina dihadapkan pada pilihan berat: mempertahankan harga dirinya atau menyerah pada pandangan orang lain.

Konflik ini menjadi puncak perjalanan spiritual Alina. Ia belajar bahwa hijrah bukan sekadar berpindah tempat atau memperbaiki penampilan, melainkan proses menerima diri apa adanya dan berani melangkah meski dunia menolak.

Secara keseluruhan, Pengin Hijrah adalah film drama religi yang hangat, menyentuh, dan mudah dipahami oleh penonton dari berbagai kalangan. Ceritanya tidak menggurui, melainkan mengajak penonton merenung melalui kisah hidup yang penuh liku. Meski unsur romantisnya sedikit lebih dominan, pesan moral tentang keberanian untuk berubah dan memaafkan diri sendiri tetap tersampaikan dengan baik.

Kisah Alina menjadi cerminan bahwa setiap orang berhak untuk memperbaiki diri tanpa harus terus dibayangi masa lalu. Dengan sinematografi indah dan akting yang natural, Pengin Hijrah layak menjadi salah satu tontonan inspiratif yang tidak boleh dilewatkan di akhir Oktober 2025.