Review The Fantastic Four: First Steps, Sajikan Aksi dan Sinematografi yang Memanjakan Mata dan Telinga
Baba Qina - Kamis, 24 Juli 2025 08:16 WIB
Mungkin beberapa dari kita masih ingat dengan film terakhir Fantastic Four yang dirilis pada tahun 2015 silam. Karena mungkin hingga beberapa dekade ke depan, film tersebut akan selalu diingat lewat kisah perseteruan di balik layar antara sutradara Josh Trank dengan 20th Century Fox. Penulis tidak akan membahas detail perseteruan tersebut. Cukup googling dan semua hal baik yang sifatnya fakta ataupun rumor ada di sana.
Tapi lupakan sejenak tentang film tersebut. Karena di tahun ini, Marvel siap merilis The Fantastic Four: First Steps yang menjadi pembuka fase ke-6 dari Marvel Cinematic Universe (MCU) dan sebagai film urutan ke-37 secara keseluruhan. Film ini juga menandai masuknya tim pertama dari Marvel Comics, yakni Fantastic Four ke alam jagat Marvel yang lebih luas.
The Fantastic Four: First Steps berlatar di dunia retro-futuristik yang terinspirasi dari era 1960-an. Cerita akan berpusat pada empat tokoh utama, Reed Richards (Pedro Pascal), Sue Storm (Vanessa Kirby), Johnny Storm (Joseph Quinn), dan Ben Grimm (Ebon Moss-Bachrach), yang memperoleh kekuatan super setelah terpapar radiasi kosmik saat menjalankan misi luar angkasa.
Singkat cerita, keempat tokoh utama tadi harus menghadapi ancaman besar yang belum pernah mereka hadapi sebelumnya. Mereka harus melindungi Bumi dari ancaman makhluk kosmik ganas bernama Galactus (Ralph Ineson) dan utusan setianya yang misterius, Silver Surfer (Julia Garner). Karena jika tidak dihentikan, maka Galactus akan melahap seluruh planet dan semua orang di dalamnya.
Menurut penulis, salah satu kepuasan terbesar menyaksikan format shared universe seperti MCU ini tentunya saat tercipta keterkaitan antar judul-judulnya. Bukan semata berbentuk kemunculan karakter, meski fan service semacam itu juga menghadirkan hiburan tersendiri, tapi juga saat crossover tersebut mendukung kekuatan penceritaan, termasuk memberikan dampak emosi.
Dan di antara beberapa judul MCU terakhir, The Fantastic Four: First Steps boleh dibilang berhasil sebagai salah satu film yang paling solid perihal menyeimbangkan kualitas sebagai suguhan stand-alone, dengan tugas mengembangkan semestanya tadi. Karena beberapa konflik di dalam film ini boleh jadi memiliki fungsi sebagai penanam benih menuju banyak peristiwa besar di masa depan MCU.
Walaupun, narasi film ini memang tak selalu berjalan mulus, khususnya terkait fenomena kosmik yang tampil lebih ruwet dari yang seharusnya. Naskahnya juga coba menjadikan keruwetan tersebut sebagai sebuah materi humor. Namun, daripada wujud self-mockery yang menggelitik, hal tersebut malah lebih terasa sebagai upaya berkelit dari ketidakmampuannya dalam bertutur secara rapi.
Ada kalanya, Matt Shakman selaku sutradara masih belum mampu memaksimalkan konsep filmnya guna menciptakan gelaran aksi unik nan dinamis. Tapi tenang, karena The Fantastic Four: First Steps masih menyimpan segudang amunisi lain. Salah satunya ialah penokohannya yang patut diberi pujian. Karakterisasinya mungkin belum mendapat penggalian yang mendalam, namun tetap sanggup menambah warna baru bagi formula MCU secara keseluruhan.
Layaknya berbagai film dan serial MCU lain, aspek teknis tentu juga menjadi hal yang paling menggugah pada film ini. Penggunaan sinematografi bermodalkan wide shot untuk menunjukkan kemegahan semestanya beserta CGI yang dapat bercampur sempurna dengan practical effect membuatnya sangat memanjakan mata. Tak hanya itu, aspek sound yang juga menggelegar juga mendukung keseruan pada film ini, terutama pada berbagai action sequence di dalamnya.
Dan pada akhirnya, mungkin beberapa sobat teater ada yang menganggap bahwa The Fantastic Four: First Steps hanyalah sebuah “filler” seiring dengan multiversal conflict yang ingin disajikan pada Phase Six dari Marvel Cinematic Universe (MCU). Meski begitu, menikmati petualangan kuartet superhero ini tetap saja dapat memberikan pengalaman seru ala film-film Marvel Studios lainnya.