Review Mungkin Kita Perlu Waktu, Ajarkan Cara Bertahan dari Luka dan Kehilangan
Yurinda - Senin, 19 Mei 2025 09:37 WIB
Mungkin Kita Perlu Waktu adalah film drama keluarga terbaru karya Teddy Soeriaatmadja yang sukses mengaduk-aduk emosi penonton lewat kisah duka, trauma, dan proses penyembuhan dalam keluarga. Dengan durasi 95 menit, film ini menawarkan pengalaman sinematik yang mendalam, relevan, dan sangat relate dengan realitas banyak keluarga Indonesia.
Cerita berpusat pada keluarga Restu (Lukman Sardi), Kasih (Sha Ine Febriyanti), dan anak mereka, Ombak (Bima Azriel), yang masih berjuang mengatasi luka batin setelah kepergian tragis sang anak sulung, Sara (Naura Hakim), akibat kecelakaan. Trauma yang belum terselesaikan membuat komunikasi di antara mereka memburuk, menciptakan jarak emosional yang makin lebar.
Ombak, sang anak yang bahkan juga sempat mencoba bunuh diri karena rasa bersalah, menjadi pusat perhatian dalam upaya keluarga ini untuk kembali utuh. Ketegangan semakin terasa ketika Ombak menjalin hubungan dengan Aleiqa (Tissa Biani), seorang gadis dengan kondisi bipolar. Hubungan ini membuka peluang penyembuhan, namun juga menghadirkan tantangan baru yang tak kalah rumit.
Salah satu kekuatan utama film ini adalah akting para pemainnya yang terasa begitu menjiwai. Sha Ine Febriyanti tampil memukau sebagai Kasih, ibu yang keras kepala yang ternyata menyimpan luka mendalam.
Tak hanya itu, Lukman Sardi sebagai Restu pun berhasil memerankan sosok ayah yang terjebak dilema antara menjaga keluarga dan menghadapi kenyataan pahit. Bima Azriel sebagai Ombak juga patut diapresiasi, berhasil membawakan karakter remaja yang kompleks dan penuh pergolakan batin.
Tissa Biani sebagai Aleiqa memberikan warna tersendiri dengan karakter yang ceria sekaligus rapuh, menciptakan dinamika emosional yang kuat bersama Ombak. Penampilan Asri Welas sebagai psikolog Nana juga menambah kedalaman cerita, terutama dalam adegan-adegan konsultasi yang menyentuh.
Sang sutradara berhasil mengemas tema berat tentang duka dan trauma keluarga dengan pendekatan yang sederhana namun efektif. Alur cerita berjalan lambat namun penuh makna, mengajak penonton menyelami setiap tahap proses penyembuhan para karakter.
Sinematografi film ini mengusung konsep tone gloomy yang cantik, memperkuat nuansa emosional di setiap adegan. Hal ini terutama terlihat melalui close-up yang menangkap ekspresi mentah para tokohnya.
Film Mungkin Kita Perlu Waktu bukan sekadar tontonan, melainkan cermin bagi penonton untuk merefleksikan pentingnya komunikasi dalam keluarga, terutama saat menghadapi duka. Film ini menegaskan bahwa setiap orang punya cara berbeda dalam memproses kehilangan, dan kadang, waktu adalah satu-satunya obat yang benar-benar dibutuhkan.
Dengan akting solid, cerita emosional, dan arahan yang matang, film ini layak mendapat rating tinggi. Buat para pencinta drama keluarga yang menyentuh dan penuh pelajaran hidup, jangan lewatkan film ini di bioskop kesayangan. Jangan lupa tisu, karena air mata mungkin akan menemani sepanjang film!