Review Rumah untuk Alie: Angkat Isu perundungan dalam Rumah Tangga yang sangat Relevan

Baba Qina - Senin, 21 April 2025 08:15 WIB
Review Rumah untuk Alie: Angkat Isu perundungan dalam Rumah Tangga yang sangat Relevan

Jika ditanya pendapatnya mengenai makna rumah, apa yang ada di benak sobat teater tentang hal tersebut? Kehangatan dan kasih sayang? Apakah di situ sobat teater mendapatkan pelukan dan kata-kata penyemangat setelah menghadapi hari yang melelahkan? Atau mungkin malah sebaliknya? Kurang lebih seperti itulah premis yang ingin diangkat oleh film berjudul Rumah untuk Alie.

Rumah untuk Alie berkisah tentang perjalanan hidup Alie Ishala Samantha (Anantya Rezky Kirana), seorang gadis 16 tahun yang harus menghadapi kenyataan pahit sejak kecil. Awalnya, Alie hidup dalam keluarga yang penuh kasih, merasakan kehangatan yang seharusnya menjadi milik setiap anak. Namun, kebahagiaan itu hancur saat ia dituduh sebagai penyebab kematian sang ibunda, lima tahun lalu.

Sejak saat itu, dunianya berubah drastis. Keluarga yang dulu menyayanginya, kini memandangnya dengan penuh kebencian, seolah-olah ia adalah sumber dari segala duka yang mereka alami. Julukan "pembunuh" terus menghantuinya, membuatnya merasa terasing di rumahnya sendiri. Tempat yang seharusnya menjadi perlindungan justru menjadi sumber penderitaan yang tak berkesudahan.

Secara fisik maupun mental, Alie harus bertahan dalam kesedihan yang begitu mendalam, hingga berharap bahwa suatu hari nanti ada secercah harapan yang akan membebaskannya dari kegelapan yang melingkupinya tadi.

Dengan tema drama sosial, Rumah untuk Alie yang disutradarai oleh Herwin Novianto dan ditulis oleh Lottati Mulyani ini bisa menjadi tontonan yang direkomendasikan karena mengangkat isu perundungan dalam rumah tangga yang sangat relevan.

Kredit patut disematkan untuk bintang muda bernama Anantya Rezky Kirana. Penulis amat yakin bahwa suatu saat nanti, dia akan menjadi bintang besar, terhitung di beberapa film yang sudah pernah ia bintangi di mana ia mampu memberikan totalitas akting dan peran yang cukup engaging dan natural.

Anantya memang berhasil membawakan karakter Alie dengan sempurna. Akan tetapi, masih ada beberapa kelemahan yang begitu menonjol di film ini, seperti bagaimana pembangunan karakter yang tidak terasa attached, yang seharusnya bisa jauh lebih baik dari ini dan nyaris membuat penulis banjir air mata, andaikan treatment-nya tidak dibuat terlalu lebay dan over dramatik.

Kelemahan lainnya dalam sektor narasi yakni perlakuan buruk yang dilakukan oleh keluarga Alie terhadap Alie yang tidak didasari oleh latar belakang yang jelas, yang mungkin akan membuat beberapa sobat teater justru kurang menaruh simpati dengan karakter Alie. Tindakan setiap karakter di luar karakter utama juga masih terkesan kurang masuk akal.

Tapi apapun itu, Rumah untuk Alie masih sangat layak ditonton di libur panjang akhir pekan ini. Mengingat film ini akan menyampaikan fakta kepada kita semua bahwa perilaku bullying memang harus dihindari apapun bentuknya karena dampak terhadap korbannya seringkali tidak main-main.