Review Shelby Oaks: Debut Horor Chris Stuckmann yang Ambisius tapi Kurang Menggigit di Akhir

Tim Teaterdotco - 3 jam yang lalu
Review Shelby Oaks: Debut Horor Chris Stuckmann yang Ambisius tapi Kurang Menggigit di Akhir

Film Shelby Oaks akhirnya resmi tayang di bioskop Indonesia mulai 29 Oktober 2025, membawa rasa penasaran besar dari para penggemar horor dan komunitas film. Bukan tanpa alasan, film ini menjadi debut penyutradaraan Chris Stuckmann, sosok yang selama ini dikenal sebagai kritikus film populer di YouTube. Dengan dukungan produser ternama Mike Flanagan (The Haunting of Hill House, Midnight Mass), Shelby Oaks datang dengan ekspektasi tinggi dan promosi besar-besaran sejak awal produksinya.

Dari Kritikus ke Kursi Sutradara

Perjalanan Stuckmann ke dunia penyutradaraan terbilang menarik. Ia membangun karier lewat ulasan film yang tajam dan jujur di kanal YouTube-nya sebelum akhirnya mencoba membuktikan diri di balik kamera. Proyek ini bahkan tercatat sebagai salah satu film horor dengan pendanaan publik terbesar di platform Kickstarter.

Namun, langkah berani tersebut menuai reaksi beragam. Banyak yang memuji ambisinya, tapi juga tidak sedikit yang menilai film ini masih terasa belum matang.

Cerita Misteri dengan Sentuhan Found Footage

Kisah Shelby Oaks dimulai dengan hilangnya empat anggota kelompok pemburu hantu YouTube bernama Paranormal Paranoids pada 2009. Hanya tiga jasad ditemukan, sementara satu anggota, Riley Brennan (Sarah Durn), menghilang tanpa jejak.

Dua belas tahun kemudian, kakaknya, Mia (Camille Sullivan), masih terus mencari kebenaran. Ketika seorang pria misterius muncul di depan rumahnya dengan membawa kaset rekaman lama, Mia kembali terjebak dalam misteri gelap yang melibatkan kota kecil bernama Shelby Oaks.

Bagian awal film terasa sangat mencekam. Stuckmann membuka film dengan gaya found footage yang mengingatkan pada The Blair Witch Project atau Lake Mungo. Sinematografi dari Andrew Scott Baird berhasil menciptakan atmosfer menyeramkan dan realistis, seperti menonton video internet yang seharusnya tidak kita lihat. Sayangnya, ketika film beralih ke gaya sinematografi yang lebih konvensional, rasa misterinya mulai berkurang.

Ketegangan yang Perlahan Pudar

Sebagai debut, Stuckmann memperlihatkan pemahaman yang cukup baik soal ritme ketegangan. Ia berhasil membangun suasana yang menekan dan membuat penonton terus menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi. Namun, sayangnya ketegangan itu tidak konsisten.

Di paruh kedua, film mulai kehilangan arah. Banyak adegan terasa berulang dan cenderung mengikuti formula horor klasik. Adegan “menoleh ke belakang perlahan” dan “suara aneh di kegelapan” terlalu sering muncul hingga kehilangan efek kejut. Beberapa subplot seperti konflik keluarga antara Mia dan suaminya juga terasa kurang dalam.

Bahkan beberapa pengulas luar menilai Stuckmann terlalu fokus pada teori dan mitologi cerita, membuat film ini terasa “terlalu serius untuk hal yang tidak begitu jelas.”

Kekuatan dan Kelemahan yang Seimbang

Meski memiliki kelemahan dalam narasi, Shelby Oaks tetap punya sisi kuat. Sinematografi yang mencekam, performa Camille Sullivan yang emosional, dan beberapa adegan yang benar-benar membuat jantung berdegup kencang menjadi nilai plus tersendiri.

Sayangnya, film ini juga penuh dengan elemen horor yang sudah sering kita lihat. Tokoh misterius, rumah tua, kaset video terkutuk, hingga sosok “nenek sihir” yang muncul di penghujung cerita. Semua terasa seperti kumpulan tropes lama yang dijahit ulang tanpa tambahan ide segar.

Apakah Shelby Oaks Layak Ditonton?

Jawabannya tergantung ekspektasi. Jika Anda penikmat horor yang menyukai kisah misteri dengan nuansa found footage dan atmosfer kelam, Shelby Oaks tetap menarik untuk ditonton. Namun bagi yang menginginkan sesuatu yang benar-benar baru dan menegangkan dari awal sampai akhir, film ini mungkin terasa datar di bagian penutup.

Sebagai karya perdana, Chris Stuckmann memang belum mencapai level sutradara-sutradara horor besar seperti Mike Flanagan atau Ari Aster. Tapi keberaniannya melangkah dari kursi kritikus ke belakang kamera patut diapresiasi. Ia menunjukkan potensi besar yang mungkin akan berkembang di proyek-proyek berikutnya.

Kesimpulan

Shelby Oaks adalah film horor yang punya niat besar dan eksekusi yang cukup rapi di awal, namun goyah di paruh akhir. Ceritanya menarik, atmosfernya mencekam, tapi belum cukup kuat untuk meninggalkan kesan mendalam. Meski begitu, ini tetap langkah pertama yang menjanjikan bagi Chris Stuckmann di dunia penyutradaraan.