Review Tumbal Darah: Ketika Horor, Aksi dan Drama Menyatu Sempurna
Tim Teaterdotco - Jumat, 24 Oktober 2025 09:21 WIB
Film Tumbal Darah karya terbaru Charles Gozali menjadi salah satu film horor lokal yang paling menarik tahun ini. Dibanding dua karya sebelumnya, Qodrat dan Pemukiman Setan, film ini tampil lebih sederhana, namun justru kuat dalam sisi emosional dan pesan sosialnya.
Kisahnya berpusat pada Jefri (Marthino Lio), seorang penagih utang dari Indonesia Timur yang berjuang di masa pandemi COVID-19. Ia bekerja keras demi menyelamatkan istrinya, Ella (Sallum Ratu Ke), yang akan melahirkan anak kedua mereka. Namun di tengah situasi genting, mereka terjebak di Klinik Kamboja, tempat praktik pesugihan berdarah yang membutuhkan tumbal manusia.
Dari awal, film ini sudah memperlihatkan sisi kemanusiaan yang jarang dieksplorasi dalam film horor. Jefri bukan karakter penagih utang tipikal yang bengis. Ia justru manusia biasa yang menolak kehilangan empatinya meski hidup di bawah tekanan ekonomi.
Aksi Horor dengan Sentuhan Sosial
Salah satu hal yang membuat Tumbal Darah menonjol adalah perpaduan genre horor dan aksi yang dikemas dengan kuat. Charles Gozali, bersama tim penulis seperti Salman Aristo dan Arief Ash Shiddiq, berhasil menciptakan kisah yang bukan hanya menakutkan, tetapi juga menyentuh.
Latar pandemi menjadi kritik sosial tersendiri. Ketika orang miskin berjuang untuk hidup, para pejabat justru sibuk menasihati tanpa membantu. Adegan saat Jefri kesulitan mencari rumah sakit untuk istrinya, sementara fasilitas kesehatan hanya menerima orang kaya, menjadi sindiran tajam terhadap ketimpangan sosial yang terjadi di dunia nyata.
Meski demikian, film ini tidak jatuh ke dalam melodrama. Unsur aksi tetap dominan, dengan koreografi laga yang intens dan sinematografi dinamis garapan Hani Pradigya. Aksi Jefri yang menghadapi para pelaku pesugihan di klinik penuh darah memberikan ketegangan tanpa harus berlebihan dalam menampilkan gore.
Akting dan Produksi yang Solid
Dari segi akting, Marthino Lio kembali membuktikan kualitasnya sebagai aktor papan atas. Ia memerankan Jefri dengan keseimbangan antara kekuatan fisik dan kelembutan hati. Sementara Sallum Ratu Ke tampil mengesankan dengan emosi mendalam yang menambah kekuatan dramatis film ini.
Performa Donny Alamsyah, Agla Artalidia, dan Aksara Dena juga menambah dimensi pada film. Aksara Dena khususnya mencuri perhatian lewat perannya sebagai sosok jahat yang benar-benar membuat penonton gregetan.
Secara teknis, Tumbal Darah juga unggul. Pencahayaan, efek suara, hingga tata kamera semuanya dirancang untuk membangun atmosfer mencekam. Kolaborasi antara Magma Entertainment, Wahana Kreator, dan Sinemaku Pictures sukses melahirkan film dengan kualitas sinematik yang berkelas.
Meski begitu, film ini tak luput dari kekurangan. Beberapa adegan terkesan terlalu santai untuk kisah yang seharusnya berpacu dengan waktu. Beberapa efek visual juga terlihat kurang halus. Namun kekurangan tersebut tertutup oleh kekuatan naskah dan performa pemainnya.
Secara keseluruhan, Tumbal Darah bukan hanya sekadar film horor, tetapi drama aksi dengan nilai kemanusiaan yang kuat. Ia menampilkan bagaimana keputusasaan bisa mengubah manusia, sekaligus menunjukkan bahwa di tengah kegelapan, masih ada hati yang tulus berjuang.
Film Tumbal Darah kini tengah tayang di bioskop, dan layak menjadi tontonan bagi penikmat film yang mencari sensasi horor penuh makna dan aksi memikat.