Review Film Spider-Man: Across the Spider-Verse: Film Animasi Terbaik 2023 Sejauh Ini

Baba Qina - Rabu, 31 Mei 2023 21:45 WIB
Review Film Spider-Man: Across the Spider-Verse: Film Animasi Terbaik 2023 Sejauh Ini

Sebagai salah satu tokoh superhero komik paling populer di dunia, tak heran jika Spider-Man kemudian diangkat ke berbagai versi serial televisi, tayangan direct to dvd hingga film layar lebar. Untuk film layar lebarnya sendiri, bahkan sudah mengalami dua kali reboot setelah kemunculan perdananya di tahun 2002 silam yang digarap oleh Sam Raimi. Baik reboot versi Andrew Garfield maupun Tom Holland, keduanya mendapatkan review beragam baik dari kritikus, penonton reguler, maupun fans garis keras.

Namun rata-rata memang berpendapat bahwa Spider-Man versi live action sudah terlalu banyak dibuat sehingga diharapkan tidak ada versi lainnya lagi yang membawa narasi yang hampir sama. Maka, ketika diumumkan proyek film layar lebar Spider-Man terbaru yang digarap dalam bentuk animasi, banyak pihak sempat menyangsikan proyek ini, namun tak sedikit pula yang antusias menyambut petualangan terbaru si manusia laba-laba tersebut.

Pasalnya, proyek yang digagas Phil Lord dan Christopher Miller sejak tahun 2014 silam ini akan membawa kisah Spider-Man yang benar-benar baru dan segar. Kisah di mana karakter utama yang digunakan bukan lagi Peter Parker, melainkan remaja kulit hitam bernama Miles Morales yang diciptakan oleh Brian Michael Bendis dan Sarah Pichelli di tahun 2011 silam untuk kebutuhan babak baru semesta Ultimate Spider-Man.

Dan, perjudian mereka pun tak salah. Raihan box office sebesar 384 juta USD (dengan bujet produksi yang “hanya” 90 juta USD) pun berhasil diraih oleh film yang memiliki tajuk Spider-Man: Into the Spider-Verse ini. Ditambah penghargaan bergengsi di Academy Awards 219 untuk kategori Best Animated Feature Film. Sebuah paket lengkap kesuksesan!

Kini, tak butuh waktu lama bagi Sony Pictures dan Marvel untuk segera memproduksi sekuel terbarunya yang diberi judul Spider-Man: Across the Spider-Verse. Spider-Man: Across the Spider-Verse sendiri akan bercerita tentang perjalanan Miles Morales (Shameik Moore) yang berusaha menjalani kehidupannya secara normal. Meski dia harus dihadapkan dengan kedua orang tuanya yang tidak puas akan nilai akademiknya.

Suatu hari, Miles bertemu dengan seseorang dari semesta lain bernama Jonathan Ohnn alias The Spot (Jason Schwartzman). The Spot ternyata memiliki kekuatan untuk menjelajahi semesta. Singkat cerita, terjadilah sebuah konflik dan membuat Miles dihadapkan dengan dua pilihan sulit, yaitu menyelamatkan orang yang dicintai atau menyelamatkan semua semesta? Lantas, pilihan mana yang akan Miles pilih?

Layaknya Spider-Man: Into the Spider-Verse, hal utama yang membuat Spider-Man: Across the Spider-Verse sukses menjadi salah satu adaptasi kisah Spider-Man terbaik tak lain tak bukan karena memiliki pendekatan yang baru. Spider-Man: Across the Spider-Verse juga mencoba jujur dalam menghadirkan kisah Spider-Man yang komikal dengan memasukkan berbagai unsur ikoniknya.

Konsep multi semesta memang bukan hal baru di dunia komik superhero. Baik DC maupun Marvel memang memiliki konsep ini untuk mendukung berbagai versi alternatif dari kisah-kisah superhero mereka. Sehingga mereka tetap bisa berkreasi tanpa mencederai lini masa kisah utamanya. Hanya saja, konsep seperti ini memang cenderung sulit diaplikasikan ke dalam sebuah film karena berpotensi menimbulkan kebingungan, khususnya di kalangan penonton awam.

Namun di film ini, dengan cerdasnya trio sutradara Joaquim Dos Santos, Kemp Powers, dan Justin K. Thompson berhasil meramu kisah multi semesta yang cukup rumit menjadi sebuah narasi yang mudah dicerna dan menyenangkan. Gaya penceritaan khas komik membuat siapapun yang menonton film ini akan mudah mengerti dan bisa menerima konsep Spider-Man lintas semesta, meskipun belum pernah membaca komiknya sebelumnya.

Hal lain yang menjadi poin utama sebuah film animasi tentu saja pada jenis animasi yang digunakan. Dan film ini menggunakan pendekatan animasi yang cukup segar yakni dengan menggabungkan CGI modern dengan sentuhan grafis lawas khas komik. Animasi di film ini bagaikan visualisasi hidup lembar demi lembar halaman buku komik. Bahkan di beberapa adegan, walaupun tampilannya tidak seeksplisit seperti di film pertamanya, turut disertai pula bubble text layaknya buku-buku komik. Hal-hal komikal yang ditampilkan tersebut makin menambah kesan unik dan mengundang decak kagum.

Ya, sisi komikal di film ini memang menjadi poin penting yang disampaikan dengan jujur tanpa harus mengorbankan kisahnya agar nampak membumi ataupun relevan dengan kondisi dunia nyata saat ini. Terkadang, film superhero memang tidak perlu dibuat terlalu membumi agar esensi superhero komik yang tidak masuk akal dan melawan hukum alam tetap terjaga kelestariannya.

Satu-satunya hal yang mengganjal (kalau tidak mau disebut kelemahan) dari film ini adalah, klimaksnya yang dibuat menggantung untuk film selanjutnya, sehingga membuat mood para penonton yang sudah terbangun apik sejak awal menjadi sedikit drop. Tapi tenang, kita hanya perlu menunggu hingga tahun depan untuk menyaksikan bagian kedua film ini yang berjudul Spider-Man: Beyond the Spider-Verse.

Dan pada akhirnya, walaupun tahun 2023 baru berjalan selama lima bulan, namun tidak berlebihan tentunya jika kemudian menyebut film ini akan menjadi salah satu film animasi terbaik tahun ini. Film ini seperti menghadirkan kembali pengalaman menyenangkan menonton film superhero yang memang sudah jarang kita rasakan akhir-akhir ini. Superhero yang akhir-akhir ini “dipaksa” untuk tampil relevan justru akan membawa konsep superhero ke ranah yang lebih kelam serta mencekam yang otomatis akan mengabaikan pula unsur fun dari kisah-kisah tak masuk akalnya itu sendiri.