Review Home Sweet Home: Rebirth, Adaptasi Game dengan Narasi Lemah

Reskia Ekasari - Minggu, 18 Mei 2025 10:52 WIB
Review Home Sweet Home: Rebirth, Adaptasi Game dengan Narasi Lemah

Home Sweet Home: Rebirth menjadi film horor supranatural yang mengadaptasi Home Sweet Home (2017), video game Thailand yang populer. 

Sutradaranya adalah Alexander Kiesl dan Steffen Hacker. Film ini, sekaligus merupakan produk kolaborasi antara Amerika Serikat-Thailand. 

Dalam film kolaborasi ini, kamu bisa ngeliat penampilan aktor seperti William Moseley (Jake), Urassaya Sperbund (Prang), Michele Morrone (Mek), dan Alexander Lee. 

Filmnya berdurasi 93 menit dan sudah rilis di Amerika Serikat pada 11 April 2025. Di Indonesia, kamu udah bisa nonton mulai 16 Mei 2025. 

Review Home Sweet Home: Rebirth 

Home Sweet Home: Rebirth full movie punya banyak hal menarik untuk diulas. Seperti apa? Cek sini: 

1. Efek Visual dan CGI

Sebenarnya, yang jadi kekuatan utama dari film ini adalah efek visualnya. CGI yang mereka gunakan untuk menciptakan dunia The Hindrance, sangat halus dan bikin tegang. 

Monster-monster seperti skeleton demon juga terlihat impresif, meski ada pula ulasan yang mengatakan kehadirannya cuma untuk kebutuhan estetika saja. 

2. Ada Penyisipan Budaya Thailand

Film ini sangat menonjol karena menyisipkan elemen budaya lokal Thailand. Misalnya saja ada simbolisme biksu, keseimbangan antara dunia gaib dan manusia, dan juga upacara pemanggilan roh. 

Jadi, kamu bakal melihat kesegaran atau hal baru yang berbeda dari film-film horor Barat pada umumnya. 

3. Akting

Home Sweet Home Movie menampilkan Urassaya Sperbund sebagai Prang. Ia mendapatkan pujian atas penampilannya yang mendalam dan kredibel. 

Karakternya memang terasa memberi dimensi emosional untuk karakternya. Kemudian, William Moseley pun banyak dapat penilaian kalau ia kuat untuk memerankan karakter Jake yang sangat manusiawi. 

Meski ada beberapa reviewer yang mengatakan pemilihan aktor kurang pas, tapi tetap lebih banyak ulasan bahwa aktingnya sudah cukup untuk kebutuhan film horor. 

4. Narasi yang Lemah dan Kurang Kohesif

Sama halnya dengan ulasan dari Bloody-Disgusting, film ini memang punya alur kisah yang lemah dan terasa kurang kohesif. 

Pasalnya, Home Sweet Home: Rebirth ini lebih mengutamakan gaya visual dengan CGI-nya alih-alih substansi dari narasinya. 

Jadi, ceritanya sangat terkesan sederhana dan nyaris kurang mendalam. Pengenalan dunia The Hindrance juga tak mendalam, kalau kamu nonton, mungkin bingung karena belum memainkan game yang asli. 

5. Gagal Menangkap Esensi Horor dari Game

Sebagai film adaptasi, harusnya sih esensi horor dari game-nya terasa. Tapi di sini, ketegangannya kurang terasa. 

Jadi, mirip dengan film aksi seperti World War Z yang menggunakan elemen zombie dan mengecewakan banyak penggemar game-nya. 

Monster dan referensi game cuma jadi fan service visual saja tanpa tujuan naratif. 

Film ini, memang jadi project ambisius karena menghadirkan visual yang mantap dengan sentuhan budaya Thailand. Namun, karena narasi lemah dan adaptasinya kurang, mungkin film ini cuma cocok buat yang sudah memainkan game-nya saja.