Review Seribu Bayang Purnama: Film Suka-Duka Petani di Indonesia

Reskia Ekasari - Selasa, 8 Juli 2025 09:31 WIB
Review Seribu Bayang Purnama: Film Suka-Duka Petani di Indonesia

Kali ini, layar lebar Indonesia mendapatkan sesuatu yang berbeda. Jika kemarin ramai dengan animasi, penuh dengan genre horror, atau komedi yang menggelitik, Seribu Bayang Purnama hadir mengangkat kisah para petani. 

Tema ini tentu jarang ada yang menyentuh. Selama ini, problematika petani hanya mereka hadapi sendiri tanpa ada yang melirik atau bahkan simpati. Dan saat ini, Yahdi Jamhur menyutradarai film untuk membuat seluruh khalayak tahu bagaimana “nasib” petani di Indonesia. 

Ingin tahu seperti apa filmnya? Cek sini: 

Film Seribu Bayang Purnama, Realitas Para Petani di Indonesia

Di sini, kamu bakal menyaksikan Putro Hari Purnomo (Marthino Lio) yang kembali ke desa setelah gagal meraih impiannya di kota. Ia ke desa dan bertekad merevitalisasi tanah keluarga agar menggunakan cara-cara bertani secara alami. Seperti apa filmnya?

1. Cerita dan Plotnya Mencerminkan Misi Mulia

Cerita dalam film ini terinspirasi dari kisah nyata dari petani di Nusa Tenggara Timur yang berhasil menerapkan Metode Tani Nusantara. 

Metode tersebut, adalah cara bertani secara alami yang bahkan bisa memangkas biaya sampai 80%. Nah, tokoh utama dalam film ini akan mengupayakan metode bertani secara alami di desanya sendiri. 

Ia punya gagasan tersebut karena sadar jika harga pupuk kimia begitu mahal dan memberi dampak pada para petani. Misalnya, harga pupuk yang mahal membuat para petani jadi terjerat rentenir dan setia dalam jeratan kemiskinan. 

Dengan alur yang tersedia, film ini mencerminkan misi mulia dari seorang anak muda. Film ini berhasil membuat penonton merasakan bagaimana perjuangan seorang petani. 

2. Sinematografi dan Produksinya Berhasil Menghadirkan Visual yang Memanjakan Mata

Yahdi Jamhur, yang sudah berpengalaman sebagai jurnalis serta pembuat dokumenter, mengerti betul bagaimana mengambil angle terbaik di pedesaan Yogyakarta. 

Syutingnya di Bantul dan Sleman, berhasil menghasilkan gambar-gambar sawah yang hijau, langit senja yang merona, serta kehidupan di desa. 

Musiknya sederhana, tapi sangat mendukung nuansa emosional film Seribu Bayang Purnama. 

Soal visual memang ciamik. Adegan-adegan di sawah maupun pasar, berhasil membuat penonton terasa ikut masuk ke dalam dunia petani. 

3. Tema dan Pesan yang Inspiratif 

Film ini memiliki misi besar, yakni demi mengedukasi pertanian alami yang berkelanjutan. Ada juga misi untuk menjadikan petani sebagai pilihan profesi bagi anak-anak muda. 

Hal yang menarik, semua keuntungan tiket langsung didonasikan untuk program pemberdayaan petani. Jadi, ini bukan film yang cuma nyari untung. Sutradara dan produsennya jelas sangat menunjukkan komitmen sosial yang serius. 

Kalau harus berhasil membuat penonton sadar akan nasib para petani, mungkin jawabannya masih nanti. Namun, setidaknya, film ini sudah berhasil menyorot profesi yang memang jarang terangkat ke layar lebar. 

Ingin tahu seperti apa kisah para petani di Indonesia? Seribu Bayang Purnama bisa jadi film terbaik untuk Anda tonton pekan ini.