Review Titip Surat untuk Tuhan: Tertolong Totalitas Akting Muhammad Adhiyat

Baba Qina - Kamis, 7 Maret 2024 22:05 WIB
Review Titip Surat untuk Tuhan: Tertolong Totalitas Akting Muhammad Adhiyat

Apakah sobat teater pernah menonton film Surat Kecil untuk Tuhan, baik versi tahun 2011 ataupun 2017? Walaupun memiliki sedikit kesamaan judul, film Titip Surat untuk Tuhan yang kali ini diarahkan oleh sineas senior Karsono Hadi ini rupanya sama sekali tidak memiliki keterkaitan maupun kesamaan garis penceritaan dengan dua judul film yang disebutkan sebelumnya tadi.

Film Titip Surat untuk Tuhan akan mengisahkan Tulus (Muhammad Adhiyat) yang merupakan anak bungsu di keluarganya. Suatu ketika, Tulus mendapati kakak perempuannya, Dinda (Olivia Morrison), pingsan di sekolah akibat tertimpuk bola. Kejadian tersebut sontak membuat Tulus merasa panik akan kondisi Dinda.

Alur cerita semakin menegangkan ketika Dinda didagnosis penyakit mematikan. Tulus yang masih berusia tujuh tahun ini pun turut prihatin dengan kondisi kakaknya. Dari situ, ia mencoba mengirimkan surat untuk Tuhan dengan harapan agar Tuhan bisa membantunya. Bukan itu saja, surat tersebut ditulis Tulus sebagai ekspresi kerinduan akan keutuhan keluarganya.

Titip Surat untuk Tuhan memulai langkah awal pengisahnnya dengan kurang begitu meyakinkan. Paruh awal film yang bercerita tentang suramnya kehidupan Tulus dan keluarganya seringkali disajikan oleh sang sutradara dengan ritme pengisahan yang kurang begitu mampu menggali potensi yang sebenarnya terkandung di bagian penceritaan tersebut.

Memang hal tersebut bukan merupakan kesalahan sepenuhnya dari Karsono Hadi selaku sutradara. Naskah garapan Sukhdev Singh bersama Tisa TS dalam memperkenalkan deretan karakter dan konflik awal bagi film ini juga tidak memberikan pengembangan kisah yang cukup kuat dan lebih sering berisi adegan-adegan yang terasa manipulatif dalam usaha untuk terasa lebih emosional.

Dari sinopsis di atas tadi, sudah bisa ditebak jika film ini pastinya akan banyak menyiapkan adegan-adegan yang memaksa penontonnya untuk banjir air mata. Tapi membuat nangis saja tidak cukup jika tidak dibarengi oleh cerita yang seharusnya juga bisa memaksa penontonnya untuk betah di dalam bioskop. Tidak perlu terlalu banyak “ceramah”, tidak perlu punya beban ingin menginspirasi, semua itu bisa didapat jika saja cerita dengan sendirinya bisa menghibur hati penontonnya.

Membuat film yang terlalu cengeng memang tidak ada salahnya, tapi Titip Surat untuk Tuhan tampaknya lupa memberikan momen pemancing air mata tersebut untuk terlihat senatural mungkin, malah justru sebaliknya, begitu kaku di beberapa bagian, khususnya adegan yang mengandalkan para pemain pendukungnya.

Punya kekurangan, Titip Surat untuk Tuhan juga memiliki kelebihan. Ya, totalitas Muhammad Adhiyat di film ini sudah sepantasnya diacungi dua jempol, karena performa aktingnya yang bisa dibilang mumpuni. Sebagai Tulus, Adhiyat mampu menarik simpatik penonton untuk terus mendukung tokoh utama ini sampai filmnya selesai. Namun sayangnya, sekali lagi, pemain-pemain disekelilingnya tidak bermain sebaik dirinya