Review Tukar Takdir: Kisah Rasa Bersalah Penyintas Kecelakaan Pesawat
Tim Teaterdotco - Minggu, 5 Oktober 2025 08:21 WIB
Tukar Takdir, film terbaru garapan Mouly Surya yang tayang di bioskop mulai 2 Oktober 2025. Film ini dibintangi Nicholas Saputra, Marsha Timothy, Adhisty Zara, hingga Marcella Zalianty. Ceritanya diadaptasi dari novel berjudul sama karya Valiant Budi Yogi.
Film ini mengisahkan Rawa Budiarso (Nicholas Saputra), satu-satunya penumpang yang selamat dari jatuhnya pesawat Jakarta Airways 79 di Gunung Halau-halau, Kalimantan Selatan. Dari 133 penumpang, hanya Rawa yang hidup. Namun selamat bukan berarti bebas. Ia harus menanggung trauma, luka fisik, tuduhan sebagai penyebab kecelakaan, hingga rasa bersalah karena kursi yang ia duduki sebenarnya milik orang lain, Raldi (Teddy Syach).
Konflik semakin dalam saat Dita (Marsha Timothy), istri Raldi, menuding Rawa telah "menukar takdir" dengan suaminya. Kehadiran Zahra (Adhisty Zara), putri sang pilot, juga memperkuat dimensi emosional film ini.
Fokus pada Rasa Bersalah dan Duka
Berbeda dengan film bencana yang biasanya menonjolkan ketegangan dan aksi dramatis, Tukar Takdir memilih fokus pada survivor’s guilt—rasa bersalah seorang penyintas. Mouly Surya mengajak penonton menyelami bagaimana Rawa bergulat dengan pertanyaan besar: “Kenapa saya selamat?”
Tak hanya Rawa, film ini juga menghadirkan perspektif keluarga korban. Dita, yang kehilangan suami, menjadi salah satu karakter paling emosional. Marsha Timothy tampil kuat, menyalurkan duka sekaligus kemarahan dengan intensitas yang membuat penonton ikut merasakan getirnya kehilangan.
Zahra, yang diperankan Adhisty Zara, hadir sebagai figur yang lebih tegar. Ia mendampingi ibunya (Marcella Zalianty) setelah sang ayah, pilot pesawat, turut menjadi korban. Pertemuan antara Rawa, Dita, dan Zahra membangun ruang emosional yang mengaduk perasaan.
Akting dan Produksi
Dari segi akting, Tukar Takdir nyaris tanpa cela. Nicholas Saputra berhasil menampilkan transformasi Rawa dari seorang pria yang linglung penuh trauma menjadi seseorang yang perlahan menerima hidupnya. Chemistry antarpemain terasa natural, tidak berlebihan, dan membumi.
Mouly Surya juga memperhatikan detail kecil: mulai dari denting seatbelt, derap langkah, hingga atmosfer rumah sakit yang realistis. Semua itu membuat penonton seolah ikut berada dalam cerita.
Meski begitu, ada beberapa catatan teknis. Beberapa adegan bandara terlihat terlalu digital dengan color grading yang janggal. Tampilan layar ponsel hasil green screen juga terasa kurang halus. Namun kelemahan kecil ini tertutupi oleh kekuatan cerita dan akting para pemain.
Pertanyaan Tanpa Jawaban
Sebagaimana khas karya Mouly Surya, film ini tidak menawarkan jawaban mudah. Pertanyaan besar tentang mengapa Rawa selamat tidak benar-benar dijawab. Justru, ketidakpastian itulah yang membuat film terasa menggugah. Penonton diajak merenung tentang takdir, keadilan, dan bagaimana manusia menghadapi kehilangan.
OST film ini juga menarik perhatian. Lagu Temani Aku dari Sheila On 7 memberi sentuhan nostalgia yang emosional, sekaligus menegaskan nuansa film yang intim dan personal.
Tukar Takdir bukan film tentang tragedi pesawat yang penuh adegan mengerikan. Ia adalah drama psikologis yang menekankan sisi manusiawi dari bencana: rasa bersalah, kehilangan, dan upaya untuk bangkit.
Dengan akting kuat Nicholas Saputra dan Marsha Timothy, serta penyutradaraan khas Mouly Surya yang fokus pada detail emosional, film ini menjadi salah satu karya Indonesia 2025 yang wajib ditonton.
Apakah film ini akan membuat penonton trauma naik pesawat? Tidak. Justru sebaliknya, Tukar Takdir mengajak kita memahami sisi lain dari tragedi yang sering hanya kita dengar lewat berita: pergulatan batin orang-orang yang ditinggalkan.