Review A Haunting in Venice: Sekuel yang Superior

Baba Qina - Rabu, 20 September 2023 15:46 WIB
Review A Haunting in Venice: Sekuel yang Superior

Petualangan Detektif Hercule Poirot yang legendaris kembali berlanjut di film A Haunting in Venice. Berlatar di kota Venice pasca Perang Dunia II, layar lebar ini berkisah tentang Poirot (Kenneth Branagh) yang sejatinya sudah pensiun, menerima undangan untuk menghadiri acara pemanggilan arwah. Mantan detektif ini akhirnya kembali beraksi setelah salah satu tamu terbunuh.

Menurut penulis, dengan durasi pengisahan selama kurang lebih 103 menit, Branagh, yang juga duduk sebagai sutradara, menghabiskan hampir setengah dari perjalanan cerita film ini untuk memperkenalkan barisan karakternya, serta berbagai permasalahan maupun konflik yang menyertai mereka. Tentu saja, barisan permasalahan tersebut juga yang kemudian membuat tiap karakter terlihat memiliki motif maupun dorongan untuk berbuat kejahatan.

Penuturan sang sutradara pada dasarnya mampu menyampaikan bangunan cerita yang menjadi penyokong ataupun landasan kisah misteri utama dari A Haunting in Venice dengan cukup rapi. Tapi, konsentrasi yang terpecah pada banyaknya karakter membuat banyak bagian plot pengisahan film ini menjadi gagal untuk tereksekusi dengan matang. Menarik, namun tidak pernah terasa mengikat.

Intensitas cerita film ini mulai terasa menanjak beriringan dengan hadirnya kematian demi kematian, ditambah dengan atmosfer horor yang ditampilkan. Mereka yang familiar dengan penuturan misteri dari karya-karya Agatha Christie tentunya telah cukup mampu untuk memahami arah pergerakan ceritanya. Arahan Branagh dengan patuh mengikuti formula yang telah diterapkan oleh Christie. Ia juga berhasil menghidupkan kesan kemewahan klasik yang dibawakan oleh atmosfer pengisahan film ini dengan garapan sinematografi, desain produksi, tata rias dan rambut, serta tata kostum yang meyakinkan.

Tapi, mereka yang memilih untuk menyaksikan film ini guna mendapatkan ketegangan cerita akan berbagai trik dan cara yang ditelusuri oleh karakter Hercule Poirot dalam memecahkan kasus yang dihadapinya jelas akan merasa cukup kecewa. Pasalnya, pendalaman konflik serta karakter-karakter yang terasa cukup hambar membuat A Haunting in Venice tidak pernah dapat memperkuat presentasi misterinya.

Tapi anehnya, A Haunting in Venice lebih terasa menarik ketika alur pengisahannya berfokus pada sejumlah konflik sampingannya. Konflik-konflik sampingan tadi selalu mampu memberikan sentuhan emosional yang seringkali terasa minim hadir pada presentasi cerita utama film ini.

Branagh sendiri masih dapat memberikan penampilan yang meyakinkan untuk dapat menghidupkan sosok Hercule Poirot, meskipun penampilannya seringkali terasa ditutupi oleh penampilan-penampilan dari para karakter pendukung yang memiliki karakterisasi lebih berwarna daripada karakterisasi karakter sang detektif ikonik tersebut. Tapi, secara keseluruhan, A Haunting in Venice tetaplah bisa dikatakan sebagai sebuah sekuel yang superior.